Rabu, 06 November 2013

130 Pemuda Jelajahi Kota Toea, Sejarah Selalu Terulang Polanya.

Jakarta, Blogger
Sebanyak 130 orang pemuda, pelajar dan mahasiswa dari Jabodetabek  melakukan Jelajah Kota Toea Jakarta, Minggu (3/11) yang difasilitasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Mereka dipandu pengurus Komunitas Jelajah Budaya yang diketuai Kartum Setiawan seorang museolog dari UI. Para peserta berangkat dari Museum Mandiri di Jl Pintu Besar Utara dengan terlebih dahulu menonton film documenter keadaan kota Batavia sebelum tahun 1941. Di antaranya film nonton sepakbola di Waterlooplein yang sekarang bernama Lapangan Banteng.  



Dari situlah peserta yang dibagi dalam 5 kelompok menjelajah Kota Toea ke Museum BI, melihat bangunan dari abad ke 18 di sepanjang Kali Besar, jembatan jungkat jungkit Kota Intan dan ke Museum Sejarah Jakarta (MSJ). Di museum yang dibangun tahun 1707-1710 ini para peserta menyaksikan latihan pergelaran kolosal rekonstruksi sejarah Penyerangan Sultan Agung Mataram ke Batavia 1628-1629. Ketika rombongan Jelajah Kota Toea memasuki ruang pamer MSJ, mendadak seorang peserta putri jatuh pingsan. Tenyata dia mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah.


Dalam diskusi akhir para peserta dan penyelenggara, sejarawan Universitas Indonesia, Dra Tri Wahyuningsih MSi dan dosen Universitas Islam Neger (UIN) , Ibnu Qoyim  menegaskan sejarah selalu berulang. “Bukan  peristiwanya, tetapi polanya yang berulang,” tandasnya. Seperti perkembangan Kota Batavia, dahulunya didukung oleh kepentingan warga kota di sekitarnya seperti Mester Cornelis (Jatinegara) dan Tanah Abang.  Ternyata ini berulang. Setelah menjadi Jakarta perkembangannya tak lepas dari daerah penyangga yang lebih luas sehingga terbentuk kawasan Jabodetabek. Yaitu Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.


Dra Triana Wulandari, Kasubdit Verifikasi dan Permuseuman Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya Kemendikbud RI menjelaskan,  kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran sejarah dan budaya warga Jakarta dan sekitarnya. “Terbukti dari peserta sebanyak ini yang sudah pernah menjelajahi Kota Toea Jakarta baru 10 persen. Makanya kami  membantu memfasilitasi,” ujarnya. Menurut Triana, tahun ini  Kemendikbud RI  juga memberikan fasilitas untuk penjelajahan sejarah dan budaya  kota Padang, Yogyakarta dan Solo.  Tahun 2014 pihaknya memfasilitasi penulisan  sejarah dan budaya di 5 wilayah, yaitu Makassar, Ternate, Yogyakarta, Ambon dan Pontianak.


Kartum Setiawan mengatakan, wilayah Kota Toea Jakarta luasnya 846 hektar. Bila dicermati banyak hal yang dapat dipetik dari kawasan ini terutama keindahan bangunan bersejarah yang memerlukan perhatian semua pihak agar tetap menjadi lingkungan terpelihara, bersih, tertib dan aman.
Rizko Ramadhan seorang peserta dari SMK Fajar, Depok mengatakan ia terkesan dengan jelajah kota tua tersebut. “Yang paling berkesan bagi saya Toko Merah di Kalibaru Barat” katanya. Dia sempat masuk dan terdapat informasi mengenai kegiatan dalam bangunan abad ke-18 itu di masa silam.



Lain lagi dengan Muhammad Nurazami, mahasiswa semester 3 Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Ciputat. Ia justru terkesan dengan koleksi Museum Sejarah Jakarta. Dari sana ia tahu bahwa akar budaya dan etnis Betawi sebenarnya dari Kerajaan Sunda Tarumanagara abad ke -5 Masehi.****      .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar