Milik Bung Karno Hanya Tongkat dan Mobil
Kota Blitar memang bukan tempat kelahiran Ir H Soekarno atau Bung Karno, yang memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia bersama Bung Hatta di Jakarta pada 17 Agustus 1945 yang silam. Namun di kota ini dulu tinggal Ibunda Bung Karno, yaitu Ny Ida Ayoe Nyoman Rai bersama putrinya, Soekarmini Wardoyo (Bu Wardoyo) yang tak lain kakak kandung Bung Karno yaitu di rumah besar di jalan Sultan Agung 69, Desa Gebang, Kecamatan Sanan Wetan, Kota Blitar. Bahkan ketika wafat pada 21 Juni 1970 di Jakarta, jenazah Bung Karno esok harinya diterbangkan ke lapangan terbang Abdul Rachman Saleh dan dengan jalan darat dibawa ke Blitar untuk dimakamkan di Desa Sentul, Kepanjen Kidul.
Rumah Bu Wardoyo oleh masyarakat Blitar sering disebut nDalem Gebang, dan kini menjadi Istana Gebang. Di situlah Soekarno bin R Soekemi Sosrodihardjo sejak umur 16 tahun sering tinggal dan berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Begitu pula ketika menjadi presiden, tak jarang Bung Karno bersama isteri dan putra putrinya pulang ke Blitar menjenguk ibunda maupun kakaknya. Terakhir menjenguk Istana Gebang pada tahun 1964, Bung Karno saat itu masih menjabat presiden ditemani 3 putrinya Megawati, Rahmawati dan Sukmawati. Foto dukomentasinya dipajang di kamar tengah Istana Gebang.
Istana Gebang tak lain sebuah rumah kuno dengan halaman seluas 2 hektar yang sejak 7 Januari 2012 dibuka sebagai destinasi wisata edukasi dengan label Istana Gebang setelah dibeli Pemerintah Kota Blitar. Dari Kawasan Wisata Makam Bung Karno jaraknya hanya 2 km ke arah selatan, dan dapat ditempuh dengan naik becak yang taripnya hanya Rp 10.000 seorang.
"Di sini banyak benda-benda koleksi yang berkaitan dengan kehidupan Bung Karno. Tetapi hanya dua koleksi yang benar-benar milik Bung Karno. Satu mobil sedan Mercy hitam tahun 1961 di garasi sana dan satu lagi tongkat ini," kata mBah Gudel (70) penghuni Istana Gebang kepada Restorasi News , medio Januari 2016, atau 4 tahun setelah 'nDalem Gebang' diresmikan sebagai destinasi wisata. Mobil sedan itu memiliki tiang bendera berpelat hitam dengan nomor AG-390 N. Mengenai mobil VW Kodok berwarna biru yang suka diparkir di garasi Istana Gebang , MBah Gudel menegaskan itu bukan milik keluarga Soekarno. "Itu milik Pak Heru , pimpinan Kawasan Destinasi Wisata Blitar. Di sini hanya titip saja," katanya.
Sementara tongkat kayu itu yang dipajang di ruang tamu bersama tombak pusaka, itu souvenir dari Persatuan India di Baturadja 14 November 1952.
Di dapur ada sepeda milik Bu Wardoyo merek Raleigh tahun 1951. Sedang di ruang makan ada lukisan Bung Karno dengan atribut kepresidenan dan di sebelahnya tersandar beberapa papan kayu bertulisan aksara Jepang. "Itu sedianya akan diletakkan di makam Bung Karno. Tapi tak jadi karena jenazahnya langsung dibawa ke pemakaman," kata Lita pemandu wisata.
Di depan rumah terdapat patung sosok Ir Soekarno dengan busana khas kepresidenan warna putih dekat dengan tiang bendera dengan Sang Dwi Warna berkibar megah. Memasuki bangunan Istana Gebang, pengunjung harus melepas alas kaki. Di kantor sebelah kiri menyambut dua wanita, karyawati Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata (Disporbudpar) Kota Blitar, masing-masing Lita dan Nety. "Pengunjungnya bila hari-hari biasa masih sedikit, sekitar 300-500 orang per hari," kata Lita. Namun bila hari libur bisa mencapai ribuan pengunjung.
"Hari Sabtu yang lalu pengunjungnya mencapai 3.000 orang. Banyak momentum yang membuat pengunjung Istana Gebang mencapai 4.000-5000 orang dalam sehari. Misalnya pada bulan Juni . Sering ada acara kesenian seperti wayang kulit dan mocopatan," tutur MBah Gudel yang nama lengkapnya Gudel Bambang In Mardiono.
Sinar Putih di Makam BK
Rumah bersejarah yang juga ditinggali mBah Gudel ini berlantai ubin kepala basah, namun bersih dan mengkilap. Di setiap ruangan banyak mebelair kuno , foto –foto dan lukisan tentang Bung Karno. Di ruang tengah ada foto hitam putih saat pemakaman Bung Karno, 22 Juni 1970. "Lihat itu, ada cahaya putih keluar dari makam Bung Karno. Saat itu selesai Jenderal M Panggabean pulang sebagai Inspektur Upacara," tutur mBah Gudel.
Suhariadi (71) warga Singosari, Malang, mengaku waktu itu juga ikut menghadiri pemakaman Bung Karno. Dia naik truk bersama belasan orang beriringan mobil jenazah Bung Karno dari Lapangan Udara Abdul Rachman Saleh Malang menuju Blitar.
Di samping barat gedung utama terdapat bangsal kesenian yang dibangun tahun 1951. "Bangunan itu diresmikan 17 Agustus 1951 , dipakai pertama kali untuk pergelaran wayang kulit menyambut kedatangan Bung Karno," kata MBah Gudel. Kesempatan berikutnya digunakan untuk sanggar tari,karawitan dan pedalangan, sebagai bagian kegiatan Lembaga Kesenian Nasional (LKN). Hingga sekarang berbagai kegiatan pergelaran kesenian, termasuk macapatan, kenduri sampai pergelaran wayang kulit masih disenggarakan tiap tanggal 6 Juni menyambut haul atau peringatan hari kelahiran Bung Karno.
Di dekat garasi mobil Mercy terdapat mushola yang dilengkapi tempat wudhu. Airnya dari sumur tua di situ yang mengucur cukup deras dan terasa segar.
Mengenai keberadaan Istana Gebang sekarang, H Suryadi (71) warga Sutojayan Kabupaten Blitar mengakui kini tertata rapih sebagai tempat wisata kebangsaan. "Dulu sempat menjadi tempat penampungan gulungan kabel besar dan berbagai bahan bangunan infrastruktur. Untung dibeli pemerintah yang dapat memelihara nilai sejarahnya. Bila dibeli swasta yang tak mengerti sejarah, bisa –bisa sudah dibongkar untuk kepentingan yang secara ekonomi menguntungkan," ujarnya. Itulah Istana Gebang yang kini menjadi destinasi wisata yang tak boleh dilewatkan di Blitar setelah Candi Penataran dan Makam Bung Karno serta Perpustakaannya. (Suprihardjo)