Rabu, 25 September 2013

Berwisata ke Gombong Naik ke Atap Benteng Van Der Wijck

Gerbang taman wisata van der wijck.



Bagian dalam benteng, setiap pintu antar ruangan berbentuk lengkung.

Dalam terminology peperangan, benteng adalah bangunan yang memiliki fungsi sebagai pertahanan dari serangan tentara musuh. Karena itu dibangun secara terkonsep, kokoh, lengkap dengan tempat berlindung, tempat mengintai dan menyerang balik tentara lawan dan penuh ruang rahasia sebagai penyimpanan perbekalan maupun amunisi.

Namun seiring dengan kemajuan teknologi perang dan peralatannya, keberadaan benteng pun tidak efekfif lagi menjalankan fungsinya. Karena itu semua benteng kini sudah beralih fungsi untuk daya tarik pariwisata. Seperti benteng Martello di Pulau Kelor dan Pulau Bidadari di Kepulauan Seribu sering digunakan untuk acara eksklusif antara lain untuk out bond, sesi foto pre wedding, dan juga sekaligus tempat acara pernikahan seperti yang dilakukan artis kondang Atiqah Hasiholan dan Rio Dewanto pada 24 Agustus 2013 yang lalu.

Begitu pula dengan Benteng Rotterdam di Makasar, Benteng Marlborough di Bengkulu, Fort de Kock di Bukittinggi dan Benteng Van Der Wijck di Gombong, Jawa Tengah kini dijadikan objek wisata dengan jumlah pengunjung yang lumayan ramai.

Ke benteng Van der Wijck itulah kita berwisata kali ini. Dari Jakarta kita naik KA Progo yang berangkat dari Stasiun KA Pasar Senen pukul 22.00. Hari Senin (23/9) kereta tersebut berangkat tepat seperti jadwal. Ruangan kereta cukup bersih ber-AC dengan penumpang sesuai dengan jumlah tempat duduk, walaupun taripnya Rp60.000 per orang. Bagi anak anak dan lansia mendapat reduksi 20%, jadi hanya membayar Rp40.000 per orang. Toilet juga bersih dengan air yang cukup.

Penulis bersama erik hartoyo pengelola.

Lebih berbudaya
Sungguh manejemen PT KAI patut diacungi jempol. Sebab KA kini benar benar memanusiakan manusia dan mengajak bangsa Indonesia lebih berbudaya. Para pedagang asongan pun tak ada yang masuk gerbong , tidak seperti tahun tahun sebelumnya yang memperlakukan angkutan masal itu sebagai pasar untuk menjajakan segala macam dagangan dan jasa.

Meski begitu ada pula penumpang yang membawa kebiasaan buruknya dari rumah. Serombongan penumpang membuang sampah di sekitarnya. Bahkan ada yang merokok. Untung ada penumpang yang mengingatkan sebelum yang lain complain kepada petugas.
Sayang ketika KA berhenti di stasiun Sindang Laut banyak pedagang asongan masuk, menawarkan pop mie, minuman kopi , susu jahe panas, makanan dan lain-lain.

Ada rasa kecewa dengan titik lemah di sini. Tapi kalah dengan rasa kantuk. Tahu tahu sudah menjelang subuh sampai stasiun Purwokerto. Tampak di papan nama Purwokerto angka +75 M, tanda ketinggian kota di kaki Gunung Slamet itu 75 meter DPL (di atas permukaan laut). Terdengar dari pengeras suara satu melodi dengan lagu Di Tepinya Sungai Serayu, sebagai ciri suara awal di stasiun Purwokerto. Hanya sekitar 30 menit kemudian sampai di stasiun Kroya dengan ketinggian 11 km. Setelah melewati terowongan Ijo sampailah KA di stasiun Gombong sekitar pukul 04.38. Papan nama Gombong mencantumkan angka +18 M.

Usai solat subuh, dan matahari sudah mulai terbit, kami dijemput keponakan Pak Sungkowo ketua RT kami di Jakarta. Mas Sudibyo membawa kami ke rumahnya di Kuwarasan sekitar 5 km sebelah selatan stasiun Gombong. Setelah mandi dan sarapan serabi, berangkatlah kita ke Benteng Van Der Wijck. Dengan mobil Kijang kami menyusur jalan Puring ke utara. Di kiri kanan tampak sawah menghijau dengan tanaman kedelai dan kacang hijau sebagai tanaman selingan setelah panen. Sampai di Jl Raya Yos Sudarso kami terus ke arah utara di Jl Kartini terus Jl Gereja, tak sampai 700 meter dari jalan raya, sampailah di Jl Sapta Marga tempat yang dituju, yaitu satu kompleks markas dan perumahaan TNI AD yang dahulunya dikenal sebagai tempat pendidikan militer, Sekolah Calon Tamtama (Secata) A. Sekolah militer ini sudah berdiri sejak zaman Belanda. Menurut Erik Harsoyo, pengelola taman wisata Benteng Van Der Wijck, mantan presiden RI Jenderal Suharto pernah berlatih di tempat ini.
Kita menghadap ke timur tampak pintu gerbang taman rekreasi itu berbentuk benteng yang dijaga sepasang patung dwarapala. Di sebelah kanan terdapat patung Pangeran Diponegoro naik kuda dengan posisi menyerang. Diperkirakan benteng Van Der Wijck didirikan tahun 1825-1827 saat dicanangkannya Benteng Stelsel oleh pemerintah Belanda mengatasi perlawanan Pangeran Diponegoro dan pengikutnya dalam perang lima tahun (1825-1830).
Di jalan Sapta Marga bawah kerindangan pohon pohon pinus, ketapang dan akasia, terlihat diparkir kereta kelinci dan kereta kencana untuk berkeliling areal tersebut. Di kiri jalan terlihat deretan kamar hotel tempat menginap rombongan peserta pelatihan konservasi. Sedang di kanan berbagai arena permainan anak-anak termasuk kolam renang dan draimolen.
Sekitar 120 meter dari gerbang tampaklah bangunan bertingkat berwarna merah dengan tinggi hampir 10 meter. Di atas atapnya nongkrong kereta odong-odong dengan rel, sedang menunggu wisatawan yang ingin berkeliling melihat pemandangan sekeliling benteng di arel seluas lebih 2 hektar itu. Di pintu masuk bangunan melingkar berbentuk segi delapan itu terpampang ucapan “Selamat Datang di Benteng Van Der Wijck”.

Penulis di lantai dua menunjuk tangga ke atap.

Nama itu sendiri mengingatkan kita pada buku sastra karangan ulama dan sastrawan Indonesia tersohor Buya HAMKA dengan judul Tenggelamnya Kapal Van der Wijck. Buku roman itu bercerita tentang rasa cinta dua tokoh berlainan jenis yang kental dengan adat budaya Minangkabau dan Bugis. Bagi pelajar SMA jurusan budaya di dekade 1950 sampai 1970-an, buku itu menjadi bacaan wajib.
Di halaman dalam benteng itu terasa lapang. Banyak yang menyamakan dengan tempat aduan banteng dengan matador di Spanyol. Lantai halaman tersebut meskipun telah diaspal, pada bagian yang terkelupas terlihat jelas, berkonstruksi batu bata yang ditata posisi berdiri.

Benteng dua lantai tersebut luasnya 3606,625m2 tiap lantai. Masing masing lantai terdapat 16 barak dengan ukuran masing-masing 7,5 x 11,32 m. Di lantai 1 dipamerkan foto- foto pemugaran benteng tahun 1998-2000 dan di lantai 2 terdapat foto foto kegiatan pendidikan tentara serta foto Pangdam Diponegoro dari sejak Kolonel Gatot Subroto sampai Mayjen Sumarsono SH. Juga foto bupati Kebumen dari zaman ke zaman, termasuk Ny Rustiningsih yang sempat menjadi Wagub Jateng.
Dari lantai 2 ada lagi tangga ke atap yang terbuat dari bahan terakota. Di atap sisi yang paling luar dibuat datar.Di situlah dipasang rel untuk kereta wisata dengan lokomotif mini. Seluruh bangunan dengan struktur batu bata itu tampak kokoh.

Drs Candrian Attahiyat pimpinan Balai Konservasi DKI dan sesama arkeolog yang lain seperti Ninik Maruto menilai benteng Van Der Wijck sebagai bangunan cagar budaya cukup terpelihara. Dalam pengembangannya dibangun beberapa gazebo atau pondok untuk melhat pemandangan sekililing. Sayangnya letaknya terlalu dekat dengan sosok benteng tersebut. “Biar lebih bagus, gazebo-gazebo itu harusnya dibangun agak jauh. Seperti dulu gazebo di Pulau Bidadari, Kepulauan Seribu terlalu dekat dengan Benteng Martello. Tapi sekarang sudah dibongkar dan dibangun kembali jauh dari bangunan kuno tersebut. Jadi lebih bagus,” ujarnya.
Kalau gazebo terlalu dekat dengan benteng padahal benteng tersebut sebagai obyek wisata itu sendiri, lalu bagaimana cara mengamatinya? Harus ada jarak yang cukup agar nyaman untuk memandang.

Halaman dalam benteng lantainya bata berdiri.

Pasukan tanpa kepala
Mengenai cerita hantu, Erik Hartoyo tak menolaknya. “Bangunan kuno yang sudah lama kosong tentu saja ada yang menghuninya. Ada orang yang memiliki indera keenam mengaku setiap datang ke benteng Van Der Wijck ada yang menyambutnya,” ujar Erik. Bahkan ada yang bilang dulu terlihat pasukan tentara tanpa kepala. Namun setelah dibersihkan dan kini dikembangkan menjadi taman rekreasi, cerita seperti itu tak terdengar lagi.
Sebaliknya beberapa kali benteng dan lingkungan tersebut digunakan untuk lokasi shooting film. Antara lain untuk shooting film Raid 2 yang dibintangi Iko Uwais.
Di luar benteng terdapat kolam Tirta Manggala, peninggalan Belanda yang masih digunakan untuk berlatih para tentara.

Di atap benteng ada kereta odong-odong.

Benteng tersebut tiap hari dikunjungi wisatawan. Hari biasa pengunjungnya hanya berkisar antara 50-70 orang. Tetapi bila hari Minggu mencapai 1.000 orang. Suatu angka pas-pasan untuk penghidupan sebuah taman wisata dengan 125 karyawannya dan untuk kontribusi pendapatan asli daerah Kabupaten Kebumen.

Untuk mencapai benteng Van Der Wijck dari stasiun Gombong dapat ditempuh dengan bentor atau becak motor yang sejak 3 tahun terakhir ini menjamur di kota itu berdampingan dengan becak kayuh. Ongkosnya sekitar Rp15.000. Rekreasi cukup murah dan penuh cerita sejarah yang berkaitan dengan heroisme Pangeran Diponegoro dan pengikutnya dengan perang melawan penjajahan Belanda yang berlangsung selama 5 tahun. (pri)


Minggu, 22 September 2013

Ke Gombong Taklukkan Benteng Van Der Wijck

Benteng merupakan bangunan terkonsep untuk pertahanan dari serangan tentara musuh. Namun dengan makin majunya teknologi peralatan perang, kehadiran benteng tidak efektif lagi sehingga banyak berubah fungsi. Ada yang dijadikan museum dan perpustakaan seperti Benteng Rotterdam di Makasar, Sulawesi Selatan, ada pula yang dimanfaatkan untuk tempat rekreasi seperti Benteng Van der Wijck di Gombong, Jawa Tengah. Namun semuanya tetap banyak dikunjungi orang baik untuk pembelajaran maupun rekreasi.

Dengan tujuan dua-duanya, kali ini kita berwisata ke Gombong mengunjungi Benteng Van Der Wijck mengikuti rombongan Balai Konservasi Disparbud DKI Jakarta. Untuk mengejar waktu rombongan berjumlah 40-an orang itu terbang dulu ke Yogyakarta. Dengan satu bus wisata, rombongan yang terdiri dari para insinyur sipil, arsitek dan arkeolog itu mengambil jalan darat balik ke arah barat, lewat Kebumen sampai ke Gombong. Tak jauh dari stasiun KA belok ke utara, sampailah ke tempat yang dituju, yaitu satu kompleks markas dan perumahaan TNI AD yang dahulunya dikenal sebagai tempat pendidikan militer, Sekolah Calon Bintara (Secaba) sejak zaman Belanda. Konon Jenderal Soeharto almarhum, mantan presiden RI pernah berlatih di benteng ini.

Dari jauh sudah terlihat bangunan bertingkat dengan tinggi hampir 10 meter. Di atas atapnya nongkrong kereta odong-odong sedang menunggu wisatawan yang ingin berkeliling melihat pemandangan dan ujud benteng secara utuh. Unik.
Di gapura masuk bangunan itu terpampang ucapan “Selamat Datang di Benteng Van Der Wijck”. Terbaca pula papan informasi “Saya dibangun tahun 1818.” Melihat nama dan angka tahun tersebut dapat ditebak pembangunnya pemerintah Belanda.
Nama itu sendiri mengingatkan kita pada buku sastra karangan ulama dan sastrawan Indonesia tersohor Buya HAMKA dengan judul Tenggelamnya Kapal Van der Wijck. Buku roman itu bercerita tentang rasa cinta dua tokoh berlainan jenis yang kental dengan adat budaya Minangkabau dan Bugis. Bagi pelajar SMA jurusan budaya di dekade 1950 sampai 1970-an, buku itu menjadi buku wajib.
Dari atas terlihat bangunan itu berbentuk segi delapan atau heksagon, dengan tengahnya halaman luas. Benteng dua lantai tersebut luasnya 3606,625m2 tiap lantai, tinggi keseluruhan 9,67 m, ditambah cerobong 3,33 m. Terdapat 16 barak dengan ukuran masing-masing 7,5 x 11,32 m. Bangunan dengan struktur batu bata itu tampak kokoh walaupun di sana sini ada yang terkelupas kulit floornya.

Drs Candrian Attahiyat pimpinan Balai Konservasi selaku arkeolog dan sesama arkeolog yang lain seperti Ninik Maruto menilai benteng Van Der Wijck sebagai bangunan cagar budaya cukup terpelihara. Dalam pengembangannya dibangun beberapa gazebo atau pondok untuk melhat pemandangan sekililing. Sayangnya letaknya terlalu dekat dengan sosok benteng tersebut. “Biar lebih bagus, gazebo-gazebo itu harusnya dibangun agak jauh. Seperti dulu gazebo di Pulau Bidadari, Kepulauan Seribu terlalu dekat dengan Benteng Martello. Tapi sekarang sudah dibongkar dan dibangun kembali jauh dari bangunan kuno tersebut. Jadi lebih bagus,” ujarnya.
Hal itu diakui Budiarto yang meskipun orang awam tetapi menilai tidak selayaknya gazebo atapnya menempel benteng sebagai obyek wisata itu sendiri. Lalu bagaimana cara mengamatinya? Harus ada jarak yang cukup agar nyaman untuk memandang.
Benteng persegi delapan yaang dibangun tahun 1827 itu kini telah menjadi wisata keluarga. Sambil naik kereta yang berjalan di atas benteng akan terlihat kemegahan benteng dan keindahan alam di sekitarnya. Terlihat lapangan Turangga Seta, tempat berlatihnya siswa secata Gombong. Memang menurut riwayat, benteng seluas 7.168 M itu dulunya selain berfungsi sebagai markas pertahanan Belanda juga sebagai tempat pendidikan militer. Bahkan mantan presiden Soeharto juga pernah berlatih di sana.
Di bagian luar benteng, tepatnya di depan gerbang masuk sebelah selatan terdapat kolam renang Tirta Manggala, adalah kolam renang kuno peninggalan Belanda. Kolam renang itu sering dipakai berlatih tentara, tapi juga terbuka untuk umum, bahkan berbagai sekolah di Gombong melaksanakan ekstrakurikuler renang di Tirta Manggala. Masyarakat sekitar menyebut kolam renang Tirta Manggala dengan nama Slembat, entah dari bahasa mana dan apa artinya saya tidak tahu. Kolam renang itu jaman dulu terkenal dengan keangkerannya. Tapi semenjak benteng Van Der Wijck direnovasi dan menjadi tempat wisata, kolam renang yang dulunya seram dan tidak terawat menjadi bagus dan hilang kesan angkernya.
 


menjadi ajang rekreasi sehingga menjadi dayat tarik pariwisata. Ditulus tahun 2006
Dibangun pada abad ke XVIII oleh Belanda untuk pertahanan, dan bahkan kadang-kadang untuk menyerang.
Nama benteng ini diambil dari VAN DER WIJCK, nama yang terpampang pada pintu sebelah kanan, kemungkinan nama komandan pada saat itu.
Mudah dicapai dari pusat Kota Gombong. Benteng ini kadang dihubungkan dengan nama FRANS DAVID COCHIUS (1787 – 1876), seorang Jenderal yang bertugas di daerah barat Bagelen yang namanya diabadikan menjadi Benteng GENERAAL COCHIUS.
Selanjutnya Benteng pertahanan ini digunakan untuk sekolah militer.
Setelah direnovasi menjadi tempat wisata, area ini dilengkapi dengan taman, kolam renang dan arena permainan anak-anak.

Terus Dibenahi, Pengunjung Kota Tua Meningkat 2 Kali

Jakarta, Suprihardjo
Jumlah pengunjung Kota Tua Jakarta tahun ini meningkat 2 kali lipat dibanding 2 tahun lalu. Tercatat mahasiswa dan tamu resmi yang datang untuk mengadakan penelitian di Kota Tua tahun 2011 per bulan sekitar 20 orang, kini menjadi 40-50 orang. Begitu pula pengunjung umum tahun 2011 rata-rata per hari mencapai 3.606 orang, maka tahun 2013 ini mencapai sekitar 7. 000 orang per hari. Karena itu sekarang sedang dilakukan pembenahan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

“Sekarang sudah terlihat hasilnya walaupun tidak sekaligus,” kata Kepala Seksi Pengembangan UPP Kota Tua, Norviandi, Jumat (27/9) di kantornya. Perbaikan itu di antaranya menyangkut tata cahaya di Taman Fatahillah dan penataan pedestrian atau trotoar oleh Dinas PU. Begitu pula pedagang kaki lima (PKL) di Taman Fatahillah kini sedang ditata sesuai kebijakan Gubernur DKI , antara lain harus memiliki KTP DKI, minimal sudah 5 tahun berdagang di lokasi yang sekarang, dan bersedia ikut membantu keamanan, ketertiban dan kebersihan lingkungan. “Jumlah PKL di Taman Fatahillah dan sekitarnya ini sekitar 500 orang. Mereka itu merupakan binaan Dinas Koperasi dan UKM DKI,” kata Norviandi yang saat itu bersama Kepala Seksi Pelayanan dan Promosi Kota Tua , Ny Asneli. PKL di sini akan dikelompokkan sesuai dagangannya, antara lain souvenir , makanan, dan minuman dengan system cluster.

Baik Norviandi maupun Ny Asneli mengakui usaha penyewaan sepeda onthel di Kota Tua tiga tahun terakhir ini menjamur. Karena itu kepada pemiliknya dilakukan pembinaan sadar wisata oleh UPP Kota Tua. “Di sini tidak kurang 25 pemilik sepeda onthel dengan jumlah sepeda yang disewakan 280 kendaraan,” ujarnya. Sejak tahun 2013 ini sepeda tandem atau sepeda dengan lebih dari sepasang pedal dilarang demi keselamatan pengendaranya.

Menurut Norviandi wilayah Kota Tua yang meliputi Kalibesar, Pelabuhan Sunda Kelapa, Museum Bahari, Taman Fatahillah sampai Glodok luasnya sekitar 846 hektar dengan lebih dari 100 bangunan cagar budaya dari abad ke 18 sampai awal abad 20. Gedung dan bangunan tua itu merupakan daya tarik pariwisata karena juga memiliki sejarah panjang. Di antaranya Toko Merah, Jembatan Kota Intan, Galangan VOC , Menara Syabandar 1839 dan Masjid Keramat Luar Batang. Belum lagi 5 museum di Kota Tua yakni Museum Sejarah Jakarta, Museum Wayang, Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum BI, Museum Mandiri dan Museum Bahari.

Untuk menghitung pengunjung Kota Tua dapat dilihat dari jumlah pengunjung Museum Sejarah Jakarta (MSJ). Diperkirakan pengunjung Kota Tua 3 kali lipat pengunjung MSJ. “Sebenarnya bisa mencapai 4 kali lipat. Soalnya pengunjung museum hanya 5 jam. Sedangkan Kota Tua dari pagi sampai malam,” kata Norviandi. Tercatat tahun 2011 jumlah pengunjung MSJ mencapai 400.572 orang, tahun 2012 meningkat 16% menjadi 464.638 orang. ****

Minggu, 15 September 2013

Saatnya Kabupaten Malang Miliki Museum Singosari

Malang, Blogger, Suprihardjo

Sudah saatnya Kabupaten Malang memiliki museum kepurbakalaan Singhasari di Singosari. Di samping untuk edukasi kesejarahan dan inspirasi menatap masa depan, juga untuk daya tarik pariwisata. Ini mengingat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Malang terutama ke Candi Singosari dan sekitarnya cukup besar, setahun sekitar 34.000 orang, termasuk wisatawan asing hampir 3.000 orang.

Candi Singosari
Di dalam Candi


Di depan pintu Candi Singosari

Hal itu dikemukakan berbagai kalangan dari Kabupaten Malang Jumat dan Sabtu (14/9), yaitu sarjana sejarah ,dra Endang Esti Utami Purnomo, ketua dan sekretaris Komunikasi Mantan Eks Pelajar Anak Kereta Api (KOMPAK) Singosari, Taseri Asan dan Suhariadi, serta Kordinator Masyarakat Peduli Singosari (MPS), Hendi Rumadji.
Diakui oleh Endang Esti Utami maupun Hendi Rumadji, di Malang sudah ada museum, tetapi itu museum perjuangan kemerdekaan yang adanya di kotamadya Malang. Bukan museum kepurbakalaan. Padahal yang dibutuhkan museum kepurbakalaan, yang dapat menghimpun benda cagar budaya bukti sejarah untuk dapat dilihat dan dikomunikasikan ceritanya kepada masyarakat.

“Harus diingat Kerajaan Singosari abad ke 13 sudah meliputi seluruh Nusantara. Ini dapat dilihat di buku Negarakertagama. Makanya Ratu Majapahit Tribuana sempat setelah membuka buku Negarakertagama segera mempersiapkan putranya Raja Hayamwuruk didampingi patih Gajahmada untuk mempersatukan kembali Nusantara dalam pemerintahan kerajaan Majapahit,” kata Esti Utami Sarjana Ilmu Sejarah alumnus IKIP PGRI Surabaya ini.
Suhariadi yang pernah melanglang buana sebagai awak kapal pesiar Holland America Lines maupun Monarch Cruise Lines, menambahkan di Eropa dan Amerika, kota kecil saja sudah punya museum untuk daya tarik wisata. Seperti kota kecil di Pulau Kreta, Italia Selatan ada museum yang menyimpan dan memamerkan benda milik Napoleon Bonaparte, kaisar Perancis.

Hendi Rumadji mengeritik Pemerintah Kabupaten Malang sudah lama ingin membuat museum tapi belum ada realisasinya. Karena itu Masyarakat Peduli Singosari (MPS) telah merintis pembentukan museum Singosari dengan relawannya Pak Setiawan menyiapkan lahan di depan Candi Singosari, Jl Kartanegara. Divisi cagar budaya yang dipandegani Fanani mendapat dukungan para guru sejarah. Saat ini sudah mendaftar koleksi batu yoni dan batu gilingan jagung kuno. “Koleksi itu akan kami kirab nanti pada pembukaan museum,” katanya. Diharapkan masyarakat yang memilik koleksi kepurbakalaan Kerajaan Singhasari dapat mendaftarkan ke MPS agar koleksinya bermanfaat bagi masyarakat luas.

Sementara Suwondo petugas Balai Perlindungan Cagar Budaya (BPCB) di Candi Singosari mengatakan pihak BPCB Malang akan mendirikan museum Singosari. Namun dia kurang tahu pasti lokasinya. Yang jelas koleksinya akan diambilkan dari koleksi kerajaan Singosari yang selama ini disimpan di Museum Trowulan, Mojokerto.

Menurut Suwondo, kunjungan wisatawan ke Candi Singosari tahun 2012 yang lalu mencapai 33.967 orang, termasuk 2.994 wisatawan mancanegara. Sedangkan tahun 2013 ini sampai akhir Agustus mencapai 14.776 orang, termasuk lebih 1.000 wisatawan mancanegara. Biasanya pengunjung candi terus menyaksikan sepasang patung dwarapala raksasa di dekat kantor kelurahan Candirenggo. ***

Selasa, 10 September 2013

Sekolah Harus Ramah Sosial

Jakarta, Suara Karya
Sekolah harus menjadi lembaga yang ramah sosial. Artinya sekolah sebagai lembaga pendidikan yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat harus memperhatikan anak keluarga tidak mampu dengan membebaskan biaya pendidikannya.
Demikian ditegaskan Kepala Sudin Pendidikan Menengah (Dikmen) Jakarta Timur Drs Budiana MM dalam Bimbingan Teknik Penyelenggaraan dan Pengelolaan Pendidikan SMK Swasta se Jakarta Timur di Cianjur, pekan lalu. Acara selama 3 hari itu diikuti 125 orang peserta yang terdiri dari para kepala sekolah dan ketua yayasan penyelenggara pendidikan se Jaktim.
Menurut Budiana, hal itu sejalan dengan upaya pemerintah terus memberikan support kepada sekolah swasta, antara lain program mendukung pengembangan sekolah, yaitu memberi BOP (Beaya Operasional Pendidikan), BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dan KJP (Kartu Jakarta Pintar). “Hanya karena keterbatasan maka kita belum mengkover semua,” ujarnya. Meskipun demikian, pihak Sudin Dikmen secara bertahap dilakukan upaya pembiayannya.
Diingatkan kepada sementara SMK swasta, agar tidak menahan ijazah siswanya dari keluarga kurang mampu. Justru pihak sekolah harus membantu agar mereka dapat memutus rantai kemiskinan dengan memberikan ijazahnya untuk dapat bekerja di bidangnya. Diyakinkan, pemerintah selalu berupaya membantu sekolah swasta untuk masalah tersebut.
Kepala Seksi Pendidikan SMK, Drs Wurdono, M.Pd kemarin menjelaskan Bimtem tersebut bertujuan membekali peserta dengan pemahaman problematika SMK, 8 standar nasional pendidikan. Juga pembekalan masalah strategi pengelolaan SMK berbasis peningkatan layanan terhadap peserta didik.***

Senin, 09 September 2013

Dukcapil Kebut Jemput Bola Ke Sekolah

Jakarta, Suara Karya

Untuk percepatan pelayanan e-KTP agar selesai Desember 2013 dan melayani para pemilih pemula dalam Pemilu 2014, kembali Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) Jakarta Timur blusukan ke sekolah-sekolah. Bila bulan lalu ke SMAN 44 Duren Sawit, Senin kemarin giliran mendatangi SMAN 31 di Kelurahan Utan Kayu Selatan, Kecamatan Matraman.

“Target kami sampai Desember nanti mampu melayani rekam data untuk e-KTP sampai 60 sekolah baik SMA/SMK negeri maupun swasta termasuk Madrasah Aliyah,” kata Kepala Sudin Dukcapil Jaktim, H Abdul Haris SH usai memantau pelayanan e-KTP di SMAN 31.
Menurut Haris, antusiasme para siswa di sekolah ini tidak kalah besar dibandingkan siswa dan kepala sekolah SMAN 44. “Bahkan Pak Camatnya yang meminta kami segera melayani sekolah sekolah di wilayah Matraman,” ujarnya. Setelah Kecamatan Matraman Sudin Dukcapil akan mengunjungi sekolah SLTA di Kecamatan Kramatjati dan kecamatan-kecamatan lainnya.

Dari laporan Kepala Seksi Pendaftaran Penduduk Jaktim H Tabrani, sampai sore kemarin telah direkam data 142 orang siswa yang sudah berumur 16 tahun. Dari seluruh anak tersebut semuanya memiliki KK warga Jakarta Timur.

Seperti pelayanan menjemput bola yang lalu, Sudin Dukcapil mendapat fasilitas server dari Kementerian Dalam Negeri. Sehingga bila terdapat warga di luar DKI yang direkam datanya akan tetap dilayani dan dikirim ke Kementrian Dalam Negeri.

Di Jakarta Timur terdapat 40 SMA Negeri dan 97 SMA swasta. Itu belum termasuk SLTA dalam kordinasi Kanwil Kementerian Agama seperti Madrasah Aliyah baik negeri maupun swasta. ***


Minggu, 08 September 2013

DKI Raih Medali Perak di Kejuaraan Folkore Dunia

Jakarta, Blog

Tim kesenian DKI Jakarta yang mewakili Indonesia berhasil menjadi Juara II dan meraih medali perak dalam Kejuaraan Folklore Dunia 2013 yang berlangsung di Burgas, Bulgaria 24 Agustus - 1 September. Dalam kejuaraan yang diikuti 24 negara seluruh dunia itu medali emas diraih Mongolia dan perunggu diraih Georgia.

Penari DKI mewakili Indonesia di kota Nessebar Bulgaria sebelum pentas.

Penari DKI yang raih perak di Bulgaria.
Pimpinan delegasi kesenian tersebut Ahmad Gozali mengkapkan hal itu Kamis (5/9) kemarin. “Saya sudah melaporkan kepada Bapak Kepala Dinas,” katanya. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Arie Budhiman menyatakan ini merupakan bukti kualitas kesenian sumber daya manusia DKI mampu bersaing di dunia internasional. “Karena itu Disparbud DKI Jakarta selalu memfasilitasi tim tim kesenian di Jakarta untuk meraih prestasi ke festival kelas dunia,” ujarnya. Diharapkan pula dengan prestasi di Bulgaria itu generasi muda pelaku seni termotivasi untuk meningkatkan prestasinya dengan mengikuti festival festival di Jakarta.

Ahmad Gozali, Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat Disparbud DKI menguraikan lebih lanjut, tim kesenian DKI berjumlah 21 pemusik dan penari di samping official. Cara penilaiannya melalui tiga penampilan, baru terakhir ditentukan pemenangnya. “Tari yang ditampilkan Nindak Nandak khas Betawi ciptaan Udin Kacrit, tari Nopeng Nyok juga gaya Betawi dan tari campuran gaya Sumatra bertajuk Sarundeng.

Medali, piala mapun piagam diberikan oleh Presiden World Associasion of Folkore Festival, Kaloyan Nikolov. Selain Wali Kota Nessebar Nikolay Dimitrov, pada hari terakhir hadir pula Dubes Indonesia di Bulagaria, Bunyan Saptono menyemangati delegasi kesenian Indonesia.

Rombongan kesenian ini pulangnya singgah di Istanbul Turki untuk memberikan workshop senibudaya kepada 20 mahasiswa Indonesia yang ada di kota itu disaksikan Konsul Jenderal Indonesia, Abdullah Hariadi Kusumaningprang.***





Balai Konservasi

Jakarta, Suara Karya
Banyak bangunan cagar budaya di Jakarta dan kota–kota Indonesia lainnya yang masih dapat dimanfaatkan kembali untuk kepentingan masa kini. Namun sayangnya banyak bangunan seperti itu kondisinya sudah rusak karena kurang pemeliharaan. Karena itu diperlukan tindakan perbaikan yang memenuhi standar fungsi dan keselamatan penghuni dan kenyamanan fisik serta emosional dari sisi historisnya.

Para arkeolog yakni Drs H Candrian Attahiyat selaku Kepala Balai Konservasi Disparbud DKI Jakarta dan Dra Tripraptiani Maruto mengatakan itu pekan lalu. “Untuk keperluan itu dibutuhkan tenaga professional yang dapat menentukan langkah apa yang harus diambil terhadap bangunan bersangkutan,” kata Candrian. Hal itu dibenarkan oleh arkeolog sepuh Drs H Dirman Surachmat yang mantan Kepala Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta tahun 1990-1996. “Gubernur Ali Sadikin termasuk yang mengerti masalah itu dan nyambung dengan pendahulunya,” ujarnya. Maka dari itu banyak bangunan kuno di Jakarta yang dipertahankan, kemudian dipugar dan dimanfaatkan untuk museum sebagai tempat wisata edukasi dan sejarah hingga saat ini.

Lebih lanjut Candrian menjelaskan, untuk pemanfatan kembali gedung kuno, Balai Konservasi akan menyelenggarakan pelatihan bagi pegawai di bidang pemeliharaan dan pelestarian bangunan selama 7 hari. Materi tidak diberikan hanya teori tetapi penelitian lapangan di Kota Tua Jakarta, benteng Van der Weicjk dan situs sejarah Trowulan Mojokerto. Pelatihan ini dilakukan Balai Koservasi bekerjasama denga Ikatan Arsitek Indonesia (IAI).

Tripraptiani Maruto selaku ketua panitia pengarah penyelenggaraan menambahkan, jumlah pesertanya 25 orang dan akan dimulai Selasa (10/9) besok di Jakarta dan akan ditutup di Surabaya 17 September mendatang. Para pakar yang menjadi nara sumber antara lain Han Awal IAI, Prof Mundarjito , konservator dari Museum Nasional Hubertus Sodirin, serta para ahli dari Australian Heritage yakni Bruce Pittman dan Joy Singh.

Dengan pelatihan tersebut diharapkan banyak pihak yang makin mengerti menangani bangunan bangunan kuno berstruktur bata sehingga dapat dimanfaatkan kembali secara optimal di masa kini. ****

Kamis, 05 September 2013

Warga Pondok Kopi Bangun LPS Ramah Lingkungan

Jakarta, Blogger
Mendapat dana PPMK tahun 2013 sebesar Rp 10 juta dari Pemerintah Provinsi DKI, warga RW 09 Kelurahan Pondok Kopi, Jakarta Timur berani membangun LPS (Lokasi Penampungan Sampah Sementara) yang ramah lingkungan dengan anggaran Rp68 juta. Pembangunan rumah container sampah untuk LPS tersebut dimulai Rabu (4/9)dengan peletakan batu pertama Lurah Pondok Kopi Panangaran Ritonga diteruskan Kepala Seksi Kebersihan Kecamatan Duren Sawit, Ny Mulice dan Ketua RW 09 H Tatang Isya Iskandar.

Mulice mengatakan di Jakarta sulit untuk mencari tempat untuk LPS. Karena itu Kecamatan Duren Sawit berterimakasih kepada warga RW 09 yang menyetujui wilayahnya untuk LPS. Menurut Mulice betapapun kita memang memproduksi sampah tiap hari rata –rata per orang menghasilkan sampah 2,97 liter. “Karena itu saya janji tahun 2014 sampah dari LPS RW 09 ini akan diangkut tiap hari ke LPA Bantargebang. Sebab tahun depan baru ada penambahan armada,” ujarnya. Saat ini Kecamatan Duren Sawit memiliki armada pengangkut sampah 13 kontainer, terdiri atas 7 kontainer besar berkapasitas 10 m3 dan 6 kontainer kecil kapasitas 6 m3.

 Lurah Panangaran Ritonga mengatakan lokasi LPS RW 09 ini termasuk lokasi prioritas pembenahan di Jakarta Timur yaitu sekitar stasiun Klender Baru. Karena itu iapun mengharapkan ada perbaikan taman di sekitarnya. Sementara Kepala Seksi Pertamanan Kecamatan Duren Sawit, Jatayu mengatakan proyek pemagaran taman di RW 09 sedang dilelang dengan DPA Rp500 juta. “Pengumumannya 16 September nanti. Jadi Oktober baru mulai dikerjakan,” ujarnya.

Ketua RW 09 Pondok Kopi Tatang Isya Iskandar dan Kepala Seksi Pembangunan Bambang Setiadi menjelaskan, warga nya ada 571 KK atau 1876 jiwa yang menggunakan LPS sampah tersebut. Pihaknya setuju dengan Lurah Ritonga agar sampah rumah tangga dipilah dulu sebelum dibuang ke LPS. +++

21 UKM di PIK Pulogadung Dilatih Smart Bisnis

Jakarta, Blogger
Dari 530-an usaha kecil dan menengah (UKM) di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur baru 40-an yang telah dilatih pemasaran secara online. Hal itu dikemukakan Irwandi SH MM, Kepala Unit Pengelola Kawasan Pusat Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah serta Permukiman (UPK PPUMKMP) Pulogadung di kantornya Rabu (4/9).

Namun pelatihan penggunaan internet untuk bisnis bagi UKM terus dilakukan. Setelah 3 bulan yang lalu dilakukan pelatihan yang diikuti 21 orang, Rabu kemarin dibuka kembali bekerjasama dengan Telkom Indonesia. Diakui Irwandi, kali ini pesertanya juga hanya 21 orang, tetapi malahan ideal agar lebih efektif transfer keilmuannya.

Diakuinya, bagi pelaku UKM yang sudah tua pelatihan smart bisnis semacam itu sulit diikuti. “Makanya saya anjurkan agar diwakilkan anaknya. Boleh kok,” ujarnya. Selama ini pihaknya sudah memiliki website www.kiospikpulogadung.com. Sedangkan dengan Telkom Indonesia dibuatkan website baru yaitu www.pikpenggilingan.com.
www.kiospikpulogadung.com

www.pikpenggilingan.com


Menurut Ramdani dari PT Telkom Indonesia saat ini yang menjadi anggota smart bisnis sudah 140 UKM dengan 120 produk. Pemasaran secara online jauh lebih murah dan jangkauannya lebih luas. Tetapi bagi yang sudah biasa konvensional sulit mengikutinya. Hal itu diakui Dony pengusaha garment di PIK Pulogadung yang kemarin ikut pelatihan. ***

Minggu, 01 September 2013

Terlantar, Fasos Pondok Kopi Dibangun Sarana Olahraga

Jakarta, Blogger
Warga RW 09 Kelurahan Pondok Kopi, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur berhasil mengubah Fasos/Fasum yang terlantar berpuluh tahun seluas lebih 3.300 m² menjadi sarana olahraga. Sarana yang diperlukan untuk aktivitas warga tersebut berupa lapangan serbaguna untuk senam areobik, lapangan futsal, lapangan bulutangkis dan tenis yang diresmikan Wakil Camat Duren Sawit, Budi Setiawan Sabtu (31/8). Peresmian tersebut dilakukan dalam Halal Bihalal dan puncak acara peringatan HUT ke-68 Proklamasi RI tingkat RW 09, Sabtu (31/8) yang dihadiri Danramil Duren Sawit Kapten Mulyoto SE bersama 300-an warga setempat.

Wakil Camat Budi Setiawan menandaskan, keberhasilan ini berkat tekad dan kebersamaan warga Pondok Kopi untuk meningkatkan kehidupan masyarakatnya. “Setelah bangun jiwanya maka bangun pula raganya,” ujar Budi sambil mengutip syair lagu Indonesia Raya. Wakil Camat ini mengakui dengan swadaya, keinginan warga lebih cepat tercapai dalam peningkatan mutu lingkungan dan kesejahteraannya. “Kalau melalui usulan Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) harus dilakukan secara berjenjang dan bersaing dengan wilayah lain,” ucapnya.
Panangaran Ritonga lurah Pondok Kopi mengakui tiap tahun swadaya RW 09 cukup besar. Tahun 2013 dalam membangun sarana olahraga tersebut warga menghimpun dana swadaya Rp 127 juta dalam 6 bulan. “Tahun lalu dengan pancingan dana Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) Rp 12 juta berhasil membangun kantor RW Siaga dengan dana Rp 190 juta lebih,” tuturnya. Untuk pemeliharaan sarana olahraga dan ruang hijau terbuka di RW 09 Pondok Kopi, Lurah Ritonga usai memberi bantuan mesin pemotong rumput dan chainshaw.

Lurah pondok kopi dan wakil camat duren sawit resmikan sarana olahraga di RW 09 pondok kopi.

Ketua RW 09 Pondok Kopi H Tatang Isya Iskandar dan Ketua Panitia Siswiyono menjelaskan proyek tersebut baru 70% tapi sudah dapat dimanfaatkan. Selanjutnya akan diteruskan membangun kantor dan toiletnya yang totalnya Rp 235 juta. Untuk kebersihan lingkungan juga akan dibangun rumah container sampah di LPS RW 09 Pondok Kopi yang mengharapkan partisipasi masyarakat dan Pemerintah Kota Jakarta Timur. ***