Minggu, 24 November 2013

Perkembangan Kota Tua Mulai Mengkhawatirkan

Jakarta,(Blogger)
Perkembangan Kota Tua Jakarta yang menggembirakan setelah selesai direvitalisasi tahun 2007, kini tampak mengkhawatirkan dengan adanya berbagai ekses. Antara lain penguasaan oleh pengendara sepeda motor terhadap trotoar di Jl Lada di sebelah timur Museum Sejarah Jakarta, sehingga membahayakan wisatawan yang berjalan di situ. Lampu hias di tempat itu juga banyak yang hilang tinggal kabel terbuka yang berbahaya bila hujan. Ini perlu perhatian tidak hanya pihaknya saja, melainkan semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah kota, pedagang dan pengunjung kota tua.

Kepala Unit Pengelola Kawasan (UPK) Kota Tua Drs Gatut Dwi Hastoro mengungkapkan itu Sabtu (23/11). Menurut Gatut, pihaknya sudah sering berkordinasi dengan pihak terkait dan memang sekarang sedang dilakukan pembenahan termasuk ratusan lampu hias di lantai plaza Taman Fatahillah. Namun untuk pengembangan Kota Tua Jakarta ke depan, pihaknya perlu belajar pada pihak lain yang berhasil. “Karena itu kami akan melakukan studi banding ke kota Malaka,” katanya. Direncanakan dia bersama 3 orang stafnya berangkat ke Malaka Senin (25/11) ini.

Kepala Seksi Pengembangan UPK Kota Tua, Norviadi menambahkan studi banding tersebut berlangsung 4 hari sampai 28 November 2013. Dipilihnya Malaka sebagai sasaran studi banding atau bench marking karena Kota Tua Malaka di Malaysia itu telah mendapat pengakuan World Heritage, UNESCO, badan dunia yang membidangi pendidikan dan kebudayaan. “Pengelolaan heritage Kota Tua Malaka diakui baik oleh Unesco,” ujar Norviadi arkeolog lulusan Udayana Bali tersebut.

Seorang arkeolog alumnus UGM Yogyakarta, dra Rucky Nellyta mengakui ia bersama keluarga sekitar Agustus yang lalu berlibur ke Malaka. “Memang bagus kota tuanya. Semua bangunan dicat merah dan bersih. Kontur tanahnya berbukit-bukit dan indah,” ujarnya. Namun bila dibanding dengan Kota Tua Jakarta yang mencapai 846 Ha, Malaka kalah luas. “Orang kami berjalan kaki keliling kota tua di sana tidak begitu capek,” ujarnya. Karena itu cocok sekali Kota Tua Malaka bila untuk tempat studi banding pengelolaan kota tua Jakarta. Rombongan turis bule dari Eropa kelihatannya juga merasa nyaman berada di kawasan wisata Malaka tersebut. Bahkan seorang anaknya yang masih usia SD bertanya pada orangtuanya "Kapan giliran kita ke Jakarta, Ma?," Dia sepertinya sudah mendapat informasi bahwa sejarah Malaka dan Jakarta di masa lalu ada kaitannya. (Pri)

27 Anak dan 16 Pemilik Rumah Korban Kebakaran Dibantu Bazis

Jakarta, Blogger
Sebanyak 27 anak sekolah korban kebakaran yang terjadi 6 November yang lalu di RW 04 Kelurahan Kebon Manggis, Kecamatan Matraman dan 16 warga yang rumahnya hangus dalam kebakaran tersebut mendapat bantuan BAZIS Jakarta Timur. Bantuan tersebut diserahkan langsung oleh Wali Kota HR Krisdianto di lokasi bekas kebakaran RT 011/04 Kebon Manggis, Jumat (22/11).

Wali Kota Krisdianto dalam pesannya mengatakan bantuan ini merupakan bentuk rasa peduli pemerintah kota terhadap warganya yang kena musibah. Namun diharapkan warga tersebut tetap tabah sambil mawas diri. Apakah pemasangan instalasi listrik selama ini sudah benar dan tak menimbulkan korsleting yang dapat menyebabkan kebakaran. Diingatkan pula dalam waktu dekat akan dilaksanakan normalisasi kali Ciliwung, sehingga warga tak perlu buru buru membangun kembali rumahnya. “Tabung dulu,” katanya.
 



Drs Dwi Busara Kepala BAZIS Jakarta Timur menjelaskan bantuan untuk 27 anak sekolah berbentuk uang untuk siswa SD mendapat Rp 300 ribu, siswa SMP Rp 450 ribu dan siswa SMA/SMK mendapatkan Rp 500 ribu per orang, sehingga total Rp 8,3 juta. Sedangkan untuk renovasi rumah masing-masing mendapat Rp2 juta sehingga total 16 rumah Rp 32 juta. Diharapkan dalam waktu dekat ada inventarisasi dan pengukuran serta ganti rugi sehingga dana yang terkumpul dapat digunakan untuk membeli rumah yang lebih baik atau ke rumah susun. Akibat kebakaran yang menghanguskan 16 rumah itu sebanyak 47 Kepala Keluarga atau 102 jiwa kehilangan tempat tinggal sehingga mereka harus mengungsi. (pri).

Festival Seni Pertunjukan Nasional 2013 : DKI Raih Penata Tari dan Musik Terbaik

Jakarta, Blogger

Tim kesenian DKI Jakarta berhasil meraih dua predikat terbaik dalam Festival Seni Pertunjukan tingkat Nasional 2013 yang berlangsung di Balai Kartini Jakarta, 18-21 November yang lalu, yaitu penata tari dan penata musik terbaik. Kemenangan ini baru dilaporkan kepada Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) DKI Jakarta Arie Budhiman Jumat (22/11) dan mendapat apresiasi positif.

Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat Disparbud DKI Ahmad Gozali, Jumat kemarin (22/11) mengungkapkan itu. “Bapak Kadis Parbud DKI mengharapkan tahun depan lebih meningkat. Sebab tim kesenian DKI Jakarta kali ini masih muda -muda berusia maksimum 23 tahun. Jadi bila dilakukan pembinaan terus, agar prestasinya makin meningkat. ” kata Gozali.
Menurut Gozali, festival seni pertunjukan tersebut diselenggarakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI dan diikuti 17 provinsi di Indonesia, antara lain Aceh, Riau, Babel, Maluku, DIY, Jatim, Kalsel dan Sulsel.

Tim DKI adalah pemenang seleksi setelah diadakan audisi. Kebetulan yang dibawakan dalam festival tersebut garapan yang bernuansa sangat Betawi, yaitu tari berjudul Jantuk Ngelolo. Dan ini dilakukan secara kompak oleh tim DKI Jakarta yang totalnya berjumlah 34 orang, terdiri dari penari, pemusik, artis lainnya maupun seluruh kru kesenian tersebut.
DKI meraih dua terbaik dari 6 katagori yang dilombakan yaitu penata tari dan penata music terbaik. Empat katagori selebihnya adalah penyaji terbaik, sutradara, pentata artistic dan penari terbaik yang disabet tim dari daerah lain.

Diakui Gozali, dalam pemberdayaan masyarakat, Disparbud DKI Jakarta tidak hanya membina kesenian Betawi saja, tetapi juga segala kesenian daerah di seluruh Nusantara yang tumbuh dan berkembang di Jakarta sebagai ibu kota negara. (pri) ***

Studi Banding Kota Tua ke Malaka - Perkembangan Kota Tua Mulai Mengkhawatirkan

Jakarta, Blogger

Perkembangan Kota Tua Jakarta yang menggembirakan setelah selesai direvitalisasi tahun 2007, kini tampak mengkhawatirkan dengan adanya berbagai ekses. Antara lain penguasaan oleh pengendara sepeda motor terhadap trotoar di Jl Lada di sebelah timur Museum Sejarah Jakarta, sehingga membahayakan wisatawan yang berjalan di situ. Lampu hias di tempat itu juga banyak yang hilang tinggal kabel terbuka yang berbahaya bila hujan. Sampah juga teronggok di beberapa tempat, termasuk di Kali Besar. Ini perlu perhatian tidak hanya pihaknya saja, melainkan semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah kota, pedagang dan pengunjung kota tua.

Drs Gatut Dwi Hastoro, Kepala Unit Pengelola Kawasan (UPK) Kota Tua mengungkapkan itu Sabtu (23/11). Menurut Gatut, pihaknya sudah sering berkordinasi dengan pihak terkait dan memang sekarang sedang dilakukan pembenahan termasuk ratusan lampu hias di lantai plaza Taman Fatahillah. Namun untuk pengembangan Kota Tua Jakarta ke depan, pihaknya perlu belajar pada pihak lain yang berhasil. “Karena itu kami akan melakukan studi banding ke kota Malaka,” katanya. Direncanakan dia bersama 3 orang stafnya berangkat ke Malaka Senin (25/11) ini.

Norviadi, Kepala Seksi Pengembangan UPK Kota Tua, menambahkan studi banding tersebut berlangsung 4 hari sampai 28 November 2013. Dipilihnya Malaka sebagai sasaran studi banding atau bench marking karena Kota Tua Malaka di Malaysia itu telah mendapat pengakuan World Heritage, UNESCO, badan dunia yang membidangi pendidikan dan kebudayaan. “Pengelolaan heritage Kota Tua Malaka diakui baik oleh Unesco,” ujar Norviadi arkeolog lulusan Udayana Bali tersebut.

Arkeolog alumnus UGM Yogyakarta, dra Rucky Nellyta mengakui ia bersama keluarga sekitar 4 bulan yang lalu berlibur ke Malaka. “Memang bagus kota tuanya. Semua bangunan dicat merah dan bersih. Kontur tanahnya berbukit-bukit dan indah,” ujarnya. Namun bila dibanding dengan Kota Tua Jakarta yang mencapai 846 Ha, Malaka kalah luas. “Orang kami berjalan kaki keliling kota tua di sana tidak begitu capek,” ujarnya. Karena itu cocok sekali Kota Tua Malaka bila untuk tempat studi banding pengelolaan kota tua Jakarta. ****

Rabu, 13 November 2013

Serangan Sultan Agung ke Batavia 1628 Digelar di Museum Sejarah Jakarta

Rekonstruksi Sejarah Penyerangan Sultan Agung Ke Batavia 1628-1629
16-17 November 2013
Pukul: 10.00 - 14.00 WIB
di
Musem Sejarah Jakarta

Jakarta, Blogger
Museum Sejarah Jakarta (MSJ) akan menggelar rekonstruksi sejarah penyerangan Sultan Agung Mataram ke Batavia 385 tahun silam. Serangan dua kali tahun 1628-1629 itu akan digelar dalam bentuk teater arena yang dilangsungkan di halaman museum tersebut Jl Taman Fatahillah, Kota Tua. Pertunjukan tersebut gratis berlangsung dua hari Sabtu (16/11) dan Minggu (17/11) mulai pukul 10.00- 14.00 WIB yang melibatkan sekitar 100 orang pemain.

Dra Hj Enny Prihantini, kepala MSJ mengungkapkan Rabu (13/11), acara ini dalam peringatan Hari Pahlawan 10 November dengan memberikan hiburan atraktif dan edukatif kepada masyarakat secara gratis. “Sambil mengingatkan generasi muda agar tidak melupakan sejarah dan semangat kepahlawanan tokoh bangsa kita di masa lalu,” ujarnya. Seperti diketahui Sultan Agung Hanyokrokusumo yang memerintah Kerajaan Mataram tahun 1613-1635 ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI no.106/TK/1975 tertanggal 3 November 1975.
Diakui Enny Prihantini, tahun 2007 yang lalu juga pernah diselenggarakan pertunjukan seperti itu di tempat yang sama. Namun yang sekarang jelas akan beda dengan pemain yang berbeda pula.

Pemain yang sekarang sebagai Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen dimainkan oleh Pak Taka “OB” , sedangkan tokoh lainnya seperti Sultan Agung dimainkan Nur Wahid, Ki Rangga oleh Boim, Kolonel Van Vielt oleh Rio Bewok. Casting lainnya Marmo sebagai Bahurekso didukung pemain cilik Arsy Sabila, Anzra Syifa Defita dan Zahtul Kahfi dengan Sutradara Agustian Blok M. Bengkel Teater Tempo Doeloe mendukung sepenuhnya pergelaran ini. “Ada Bunga Zein segala ikut main,” tambah Enny.

Menurut catatan pengamat dan penulis sejarah dan budaya, Abu Galih, penyerangan Sultan Agung Mataram ke Batavia 1628-1629 yang kala itu dipimpin Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterszoon Coen dituangkan dalam lukisan oleh pelukis kondang, S.Sudjojono tahun 1974 . Ukuran kain kanvasnya 3 x 10 meter yang kini menjadi masterpiece Museum Sejarah Jakarta. Lukisan itu hingga kini masih bagus setelah dikonservasi tahun 2008 oleh konservator Disparbud DKI dan konservator lukisan dari Singapore.

Serangan pertama tahun1628 gagal karena kurang persiapan perbekalan . Serangan kedua tahun 1629 juga gagal karena kalah dari tentara VOC yang unggul dalam persenjataan dan jumlah personel. Namun berkat taktik Sultan Agung dalam mengepung Batavia dengan membendung kali Ciliwung mengakibatkan Batavia diserang penyakit kolera. Karena wabah penyakit tersebut akhirnya merenggut nyawa Gubernur VOC Belanda, Jan Pieterszoon Coen.


Museum Sejarah Jakarta meski sejak Oktober yang lalu dikonservasi bagian luarnya namun pengunjungnya tak begitu susut. Tercatat tiap hari rata rata dikunjungi 700-1500 orang wisatawan baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. (Pri) ***

Parkir Makam P. Jayakarta Desember Dapat Digunakan

Jakarta, Blogger
Penataan situs makam Pangeran Jayakarta dengan pembangunan taman parkir di RW 03 Kelurahan Jatinegara Kaum, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur kini tinggal tahap finishing. Diharapkan Desember depan dimanfaatkan untuk parkir mobil dan bus peziarah makam tersebut.

Kepala Sudin Kebudayaan Jakarta Timur Drs Husnison Nizar menegaskan hal itu kemarin. Diakui, lahan milik PAM Jaya seluas lebih 1.500 m2 yang diperuntukkan bagi penataan situs makam Pengeran Jayakarta di dekat lahan parkir tersebut kini masih ditempati para pedagang kayu . Namun itu tak menghalangi masuknya kendaraan ke taman parkir seluas 1.800 m2 tersebut berikut bekas TPS sampah yang sudah dibongkar.



Husnison Nizar mengatakan, tiap menjelang HUT Kodam Jayakarta 24 Desember, Pangdam dan stafnya selalu upacara dan ziarah ke Makam Pangeran Jayakarta. Untuk itu mobil mobil Pangdam dan anak buahnya dapat parkir di tempat yang baru selesai tersebut.


Ketua RT 06/03 Jatinegara Kaum, RM Syahrul yang juga keturunan P.Jayakarta ketika dihubungi Selasa (12/11) menilai proyek itu lamban karena sudah dimulai tahun 2010. Karena itu ia dan warganya mengharapkan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dapat membantu percepatan penataan situs makam pahlawan tersebut. Mengenai lahan PAM Jaya yang kini sedang ditempati para pedagang kayu, Syahrul mengatakan kontraknya akan habis tahun 2014. Diharapkan segera lahannya dapat dimanfaatkan untuk penataan situs tersebut. Ia mengakui tiap menjelang 24 Desember, biasanya tanggal 22 atau 23 Desember Pangdam Jaya datang berziarah ke makam P.Jayakarta.


Wartawan yang datang ke lapangan Selasa (12/11) menyaksikan pagar tembok dengan hiasan bunga teratai yang sedang kuncup, sepanjang 70-an meter sudah jadi. Pot bunga sepanjang lebih 100 meter sudah diisi tanah. Pintu masuk mobil sebelah barat belum ada tetapi untuk keluarnya sebelah timur sudah lengkap dengan pintu besi. Tahun 2013 proyek ini memakan anggaran Rp 1,3 miliar dari daftar pengadaan anggaran Rp 1,5 miliar dari APBD DKI Jakarta.

Situs tersebut digunakan apel dan upacara terbatas dalam HUT Kota Jakarta tiap menjelang 22 Juni dan HUT Kodam Jayakarta tiap menjelang 24 Desember. Tiap Ramadhan juga banyak diziarahi warga luar DKI Jakarta mencapai ratusan sampai 2000 orang per hari.


Wali Kota Jakarta Timur HR Krisdianto maupun Sekretaris Kecamatan Pulogadung H Alawi mengharapkan proyek tersebut dapat selesai tepat waktu. Dengan demikian tidak menimbulkan kemacetan tatkala banyak peziarah yang datang dari luar kota . Di situs itu terdapat masjid kuno As Syalafiah yang dibangun Pangeran Jayakarta dan pengikutnya tahun 1620 . Pangeran Jayakarta menyingkir dari istananya di sebelah barat Kali Besar Kota Tua, akibat dibumihanguskan VOC akhir tahun 1619. ****

Selasa, 12 November 2013

Kreativitas dan Kemandirian Anak - Tentukan Daya Saing Bangsa

Foto : Kepala Sudin Dikmen Jaktim, Drs. Budiana, MM berfoto bersama dengan Panitia dan peserta HAN. 


Jakarta, Blogger
Kepala Sudin Pendidikan Menengah (Dikmen) Jakarta Timur Drs Budiana MM menegaskan, di abad 21 ini kreativitas dan kemandirian anak sangat menentukan daya saing bangsa. Karena itu peran keluarga sangat penting dalam memberikan dukungan terhadap tumbuh kembang anak.

Budiana menegaskan itu ketika membuka perayaan Hari Anak Nasional (HAN) tingkat Jakarta Timur di Bumi Perkemahan Pramuka Wiladatika Cibubur, Selasa (12/11). Perayaan diikuti 225 anak balita dari perwakilan PAUD se Jaktim. Mereka tampak bergembira menikmati kegiatan yang digelar panitia bersama para pengasuhnya.

Lebih lanjut Budiana mengatakan, perayaan ini untuk merangsang perkembangan anak dan meletakkan dasar-dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta mereka. ”Terutama dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sesuai dengan efek bangun anak,” ujarnya.
Setiap tahun Sudin Dikmen Jakarta Timur merayakan HAN sebagai bagian dari Perayaan HAN di seluruh Indonesia yang dimaksudkan untuk mewujudkan kesejahteraan anak. Di tingkat pusat HAN diperingati setiap 23 Juli, sesuai keputusan presiden RI no.44/1984. Sementara Hari Anak Internasional diperingati setiap 1 Juni dan Hari Anak Universal diperingati setiap 20 November.

Peringatan ini kata Budiana adalah momentum penting untuk menggugah kepedulian dan partisipasi seluruh bangsa Indonesia dalam menghormati, menghargai, dan menjamin hak-hak anak tanpa diskriminasi. Juga memberikan yang terbaik untuk anak, serta menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh kembangnya.

Kepala Seksi PNFI (Pendidikan Non Formal dan Informal) Sudin Dikmen Jaktim, Dra Tikrawati MM selaku ketua panitia menjelaskan, kegiatan kali ini diisi berbagai lomba antara lain lomba tari, memindahkan air dengan spon, lari estafet putra/putri, senam, menyanyi dan mamasang kancing baju. Prinsipnya yang bersifat khidmat, penuh makna, berkesan dan manfaat untuk anak sebagai penerus bangsa. Kepanitiaan kali ini melibatkan Dikmas, Himpunan Pendidik PAUD, serta Forum Penyelenggara PAUD. (pri) ***

Minggu, 10 November 2013

Jalan Diperlebar, 29 Bangunan Dibongkar Paksa


Jakarta, Blogger
Sekitar 300 petugas gabungan Jakarta Timur yang terdiri dari Satpol PP, Polisi dan anggota TNI Kamis (7/11) dikerahkan membongkar hampir 30 bangunan kios di Jl Tegalan, Kelurahan Pal Meriam, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur. Berbekal peralatan palu godam, linggis, dan tali temali satu demi satu bangunan liar itu dirobohkan. Aksi pembongkaran secara manual itu tidak mendapat perlawanan pedagang yang tampak pasrah. Apalagi proses bongkar paksa tersebut berlangsung cepat setelah siang harinya didatangkan alat berat dari Dinas Kebersihan DKI Jakarta. Namun sebenarnya mereka tetap mengharapkan ada uang kerohiman atau ganti rugi bangunan.
“Yah dasar sial. Baru saja membangun kios lima bulan sudah kena gusur.Padahal kami sudah bayar,” kata seorang pedagang menyesali nasibnya. Entah dia telah membayar kepada siapa.

Beberapa pedagang merasa iri karena ada bangunan rumah makan Padang di ujung jalan yang tak dibongkar. “Mestinya jangan pilih kasih, dong kalau melalukan penertiban,” celetuk seorang pedagang yang dibenarkan teman-temannya.

Camat Matraman, Hari Nugroho yang ditemui di lapangan menjelaskan, pembongkaran paksa ini merupakan langkah terakhir. Sebab sebelumnya pihak Kecamatan telah menjalankan beberapa tahapan, antara lain menawarkan relokasi ke Pasar Pal Meriam. Di samping itu sebelum langkah pembongkaran juga diberikan surat peringatan atau SP secara bertahap,dari SP1, SP2 sampai SP3.

Menurut Camat Nugroho lahan yang ditempati itu milik Pemprov DKI Jakarta. Karena jalan tersebut akan diperlebar, maka mau tak mau bangunan di jalan tersebut yang tepatnya berjumlah 29 bangunan itu harus dibongkar untuk mempercepat program tersebut.(pri) ***

Pengalaman Berpuasa di Kutub Utara dan Negeri Ginseng (4)

Perokok semakin sulit

Meskipun mahasiswa Kyung Hee University angkatan Tatang ini yang muslim ada 40 orang, tetapi waktu bulan Ramadhan yang beribadah puasa hanya dua orang. “Yang berpuasa hanya saya dan seorang lagi mahasiswa Sudan bernama Bakri. Yang lain mungkin Islam KTP,” keluh Tatang sambil tersenyum. Sebulan dua kali kelompoknya menyelenggarakan piknik ke luar kota Seoul, sekaligus praktik menyelenggarakan pertunjukan seni budaya Korea. “Saya kebagian main perkusi tabuh. Gendangnya orang Korea,” katanya.

Inilah yang memberatkan Tatang. Meskipun bulan Ramadhan, tour pertunjukan ke luar kota tetap berjalan terus. Namun mau membatalkan puasa juga sayang. “Jadi dalam perjalanan sering saya sengaja tidur,” ungkapnya. Ini untuk menangkal godaan dosa mata yang sering terbentur pada pemandangan paha wanita.
Kalau ingin sholat tarawih berjamaah, harus ke Kedubes RI dengan naik bus terlebih dulu. Satu lagi kesulitan, pada saat makan sahur harus dapat bangun sendiri. Sebab di asrama itu hanya dia sendiri yang puasa. Dengan sendirinya tidak ada yang membangunkan sahur, kecuali jam wecker yang sebelumnya harus disetel alarmnya terlebih dahulu.

Ada tambahan faktor kesulitan bagi Tatang selaku “ahli hisap” ketika beribadah puasa Ramadhan di negeri ginseng ini. Waktu berbuka puasa tidak begitu mendesak untuk merokok karena tertutup kegiatan yang lain seperti sholat maghrib dan belajar. Tetapi usai makan sahur, terasa iseng kalau tidak menyulut rokok mengasapi tenggorokannya. “Saya di asrama tinggal di lantai 5. Setiap habis makan sahur kepingin merokok. Sementara smoking areanya berada di lantai dasar. Padahal lift gerbang sudah ditutup penjaganya lewat jam 12 malam,” tutur Tatang. Akhirnya ia melakukan pendekatan dengan berbaik-baik kepada sang penjaga malam dengan menemani dan mengajaknya ngobrol. Akhirnya terbuka juga peluang Tatang untuk melepas dahaga akan asap tembakau yang oleh banyak ulama difatwakan sebagai makruh.


Dari pengalaman berpuasa Ramadhan dan beribadah lainnya di negeri yang penduduknya mayoritas non muslim dan iklimnya bukan tropis, memang banyak kendala. Tetapi tidak seperti yang kita bayangkan. Banyak kemudahan yang diberikan oleh Allah SWT bila kita tetap konsisten atau tumakninah menjalani kewajiban tersebut. Yang penting lagi, kata mereka yang pernah mengalaminya ini, tetaplah konsisten menjalani ibadah, baik sholat lima waktu maupun berpuasa Ramadhan. Juga dianjurkan agar tetap berbuat baik kepada sesama, di manapun berada, terutama warga sesama muslim dan muslimah. *** 

Pengalaman Berpuasa di Kutub Utara dan Negeri Ginseng (3)

Berpuasa di Korea Selatan banyak godaan

Lain lagi dengan beribadah puasa Ramadhan di Korea Selatan yang dialami Drs Tatang Suhenda, PNS Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta. Tatang baru saja pulang dari tugas belajar di Negeri Ginseng akhir tahun 2010 yang lalu. Selama 6 bulan sejak Juni 2010 ia tinggal di Wegi Dong, suatu kawasan permukiman di kota Seoul. Program belajar di negeri ginseng ini sangat padat. Pagi Tatang kuliah di Kyung Hee University, sedang sore harinya ia belajar di National Theater of Korea.

“Saya tinggal bersama para mahasiswa dari negara-negara lain yang seluruhnya berjumlah 14 orang. Dari jumlah itu hanya 5 orang yang muslim,” tutur Tatang di bulan Rajab 1432 Hijriah di kantornya. Kepada buletin Masjid Darul Arqam, Tatang menuturkan lagi, lima orang itu yang Indonesia hanya dia sendiri, sedangkan lainnya seorang dari Pakistan dan tiga orang dari Uzbekistan.

Ramadhan 1431 Hijriah yang lalu bertepatan dengan bulan Agustus 2010, Korea sedang akhir musim panas. Berarti peredaran matahari lebih lama di belahan bumi utara ini. Karena itu lama puasa pun lebih panjang. Imsak pukul 03.12 dan 10 menit kemudian sudah masuk Subuh, sehingga dimulailah menahan lapar dan dahaga serta hawa nafsu. Buka puasa saat matahari terbenam yang baru terjadi pukul 19.30 waktu setempat.
“Lamanya berpuasa tiap hari tidak menjadi masalah. Yang berat bagi saya adalah panas dan paha. Sebab banyak mahasiswi dan wanita membiarkan pahanya terbuka dengan bercelana hotpant karena udaranya panas,” kata Tatang.

Tausiah, atau siraman rohani maupun informasi imsakiyah selama bulan Ramadhan cukup memadai sebab mudah didapat dari Ikatan Keluarga Muslim Indonesia (IKMI) di Korea yang membuka situs yang dapat dikunjungi setiap saat di internet. Bila ingin sholat di masjid juga tidak sulit. Sebab di Seoul juga ada masjid besar yang berkapasitas 1000 jemaah yang letaknya di kawasan Itaewon.

“Itaewon ini kalau di Jakarta seperti kawasan Jalan Jaksa,” kata Tatang. Jadi penuh dengan wisatawan mandiri dari berbagai negara yang menginap cukup lama di tempat itu. Wilayahnya pun seperti terbagi-bagi menurut komunitasnya. Sebelah barat yang ada masjidnya banyak dihuni kaum muslimin dari berbagai negara. Sedangkan di wilayah utara kebanyakan tempat bermukimnya kelompok bangsa asing yang non muslim, sementara sebelah timur banyak dihuni warga asli Korea.


Setiap sholat Jumat jemaahnya cukup banyak di masjid itu. Khotib masjid Itaewon membawakan khotbahnya dengan dua bahasa yaitu bahasa Inggeris dan bahasa Korea. Imam masjid ini seorang ulama dari Pulau Moro, Philipina Selatan.

Pengalaman Berpuasa di Kutub Utara dan Negeri Ginseng (2)

Masjid dengan Tiga Bahasa

Menurut Bu Widia, isteri Drs Gatot Subroto ini, selaku muslimin dan muslimah, para mahasiswa dalam menjalankan ibadah di kampus tidak ada masalah, sebab ada masjid yang cukup besar untuk sholat berjamaah, yang juga digunakan untuk sholat Jumat. “Bahkan di kawasan Grondland masih di kota Oslo, ada sebuah masjid besar berlantai 3 yang kotbahnya menggunakan tiga bahasa,” tutur ibu dari tiga orang anak ini. Di lantai 1 menggunakan bahasa Norg atau Norwegia, di lantai 2 menggunakan bahasa Inggeris dan di lantai 3 menggunakan bahasa Arab. Jadi bila Jumat banyak penduduk Oslo dan para mahasiswa pergi ke masjid Grondland tersebut yang dari tempat tinggal mereka Kringso harus naik kereta selama 30 menit. Jaraknya sekitar 30 km. “Untungnya waktu itu banyak mahasiswa dari negara yang berpenduduk muslim seperti dari Maroko, Pakistan, Uzbekistan dan sebagian dari Tibet,” tambahnya.

Tibalah bulan Ramadhan yang bertepatan dengan bulan Oktober 1999, musim panas mendekati musim gugur. Para mahasiswa yang muslim hampir semua berpuasa. Jadwal imsakiyahnya agak unik. Pukul 5 pagi mulai puasa Ramadhan, dan buka pada pukul 3 sore waktu setempat.
Memang tidak setiap malam para mahasiswa muslim menunaikan sholat tarawih berjamaah. “Sekaligus untuk melepas rindu sesama warga Indonesia, kami setiap week end yaitu Sabtu dan Minggu sholat tarawih berjamaah di Kedutaan Besar RI yang jaraknya cukup jauh dari Kringso,” tutur Kus Widianingsih, alumni IKIP Negeri Bandung ini. Kebanyakan perjalanan sehari-hari ditempuh dengan angkutan umum terutama dengan kereta. “Kami abonemen kereta sebulan 500 kroner. Di Norwegia satu kali beli tiket bisa untuk angkutan umum apa saja, baik bus, kereta maupun kapal laut,” katanya.
Tiba saat Idul Fitri, para mahasiswa dan masyarakat Indonesia muslim yang telah menjadi WNA di Oslo sholat Ied di Kedutaan Besar RI. Usai mendengarkan khotbah, seperti biasa bersalam-salaman saling memaafkan, yang menimbulkan rasa haru dan rindu keluarga serta kampung halaman. Tidak ada tradisi mudik lebaran. Selain biaya mahal juga masih terikat tugas belajar.
Ketika sholat Idul Adha para mahasiswa dan masyarakat Indonesia juga melakukannya di masjid Kedubes RI di Oslo. Tetapi di sini tidak ada daging kurban. “Ya bagaimana ? Orang nggak ada warga Indonesia yang melakukan kurban. Sebab kurbannya sudah dikirim ke Indonesia untuk saudara saudaranya kaum muslimin,” tutur Bu Widia lagi. Sebagai gantinya pihak Kedutaan Besar RI memasak gulai kambing dan sapi untuk makan bareng-bareng warga Indonesia. Sedangkan untuk makan sehari-hari di Oslo dan Norwegia umumnya tidak ada masalah karena banyak warga Indonesia yang mukim di sana dan menjual makanan/minuman berlabel halal dan sayur mayur yang tidak diharamkan.

Agak lain dengan pengalaman H Toekino bersama isterinya Hj Tuti Wirasati, warga Malaka Jaya Jakarta Timur waktu bermuhibah ke beberapa negara di Eropa tahun yang sama. Tepatnya tahun 1999 bulan Maret sampai April. Persamaannya, soal disiplin warganya, kebersihan lingkungan, pemandangan alam dan iklimnya. Seperti Norwegia, maka di negeri Belanda, Belgia dan Perancis pun pada musim semi dan musim bunga banyak dijumpai bunga tulip mekar beraneka warna menghampar di kebun kebun luar kota maupun di taman-taman kota.



Bedanya di ketiga negeri itu sulit ditemukan masjid. Mau sholat di taman yang terlihat bersih, ternyata taman yang teduh dan nyaman itu sering digunakan untuk tempat mengasuh atau menggembalakan anjing anjing piaraan. “Jadinya kami sering sholat di kendaraan umum yang memang bersih dan tepat waktu,” tutur H Toekino.

Pengalaman Berpuasa di Kutub Utara dan Negeri Ginseng (1)

Pengantar:
Setiap tiba bulan Ramadhan, tentu mengingatkan kita pada Ramadhan sebelumnya. Apalagi bila menjalani ibadah puasanya di luar negeri yang penduduknya mayoritas non muslim, pasti sangat berbeda dari biasanya. Bahkan banyak kesulitan dan kenangan yang tak mudah dilupakan. Untuk mengorek pengalaman menarik itu, H Suprihardjo selaku staf redaksi Buletin Ramadhan Masjid Darul Arqam pada medio Juni 2011 M/ bulan Rajab 1432 H melakukan wawancara dengan beberapa orang yang pernah mengalaminya. Hasil wawancaranya kami sajikan dalam sebuah tulisan berikut ini, semoga dapat dipetik hikmahnya.

Norwegia dengan ibukotanya Oslo, merupakan satu negara di jazirah Skandinavia, Eropa Utara yang memiliki ciri alam yang sangat spesifik, yaitu bergunung gunung salju dan garis pantainya berliku liku serta teksturnya terjal yang disebut fjord (baca fyord). Posisi negeri ini membentang dari selatan ke utara dari 55 derajat sampai 70 derajat garis Lintang Utara yang berarti nyaris dekat dengan Kutub Utara.

Kota Oslo sendiri secara geografis berada di koordinat sekitar 60 derajat Lintang Utara dan 11 derajat Bujur Timur. Sebagai perbandingan kota Jakarta berada di koordinat sekitar 6 derajat Lintang Selatan dan 107 derajat Bujur Timur. Selain letaknya sangat berjauhan, jelas iklimnya jauh berbeda dengan Jakarta. Begitu pula dengan penduduknya yang sebagian besar non muslim. Meskipun begitu ternyata di sana juga ada beberapa masjid. Sehingga untuk beribadah sehari-hari maupun untuk beribadah puasa Ramadhan dan sholat terawih berjamaah tidak sesulit yang kita bayangkan. Tentu saja banyak hal yang tetap menjadi masalah, meskipun akhirnya dapat diatasi.
Pengalaman beribadah puasa Ramadhan di negeri kutub utara ini diungkapkan Dra Kustiatun Widianingsing M.Phil.SNE, dosen mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Waktu itu dia mendapat beasiswa program S2 untuk Master of Phylosofi Special Need Education yaitu pendidikan untuk anak cacat.


“Kami semua guru-guru SLB (Sekolah Luar Biasa) dari seluruh Indonesia berjumlah 14 orang mendapat beasiswa kuliah di Oslo University tahun 1999. Selama dua tahun sampai tahun 2001 kami tinggal di daerah Kringso beberapa kilometer dari kampus,” ujar Kustiatun Widianingsih yang lebih akrab disapa dengan Bu Widia kepada buletin Masjid Darul Arqam di Jakarta, Juni yang lalu.

Rabu, 06 November 2013

130 Pemuda Jelajahi Kota Toea, Sejarah Selalu Terulang Polanya.

Jakarta, Blogger
Sebanyak 130 orang pemuda, pelajar dan mahasiswa dari Jabodetabek  melakukan Jelajah Kota Toea Jakarta, Minggu (3/11) yang difasilitasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Mereka dipandu pengurus Komunitas Jelajah Budaya yang diketuai Kartum Setiawan seorang museolog dari UI. Para peserta berangkat dari Museum Mandiri di Jl Pintu Besar Utara dengan terlebih dahulu menonton film documenter keadaan kota Batavia sebelum tahun 1941. Di antaranya film nonton sepakbola di Waterlooplein yang sekarang bernama Lapangan Banteng.  



Dari situlah peserta yang dibagi dalam 5 kelompok menjelajah Kota Toea ke Museum BI, melihat bangunan dari abad ke 18 di sepanjang Kali Besar, jembatan jungkat jungkit Kota Intan dan ke Museum Sejarah Jakarta (MSJ). Di museum yang dibangun tahun 1707-1710 ini para peserta menyaksikan latihan pergelaran kolosal rekonstruksi sejarah Penyerangan Sultan Agung Mataram ke Batavia 1628-1629. Ketika rombongan Jelajah Kota Toea memasuki ruang pamer MSJ, mendadak seorang peserta putri jatuh pingsan. Tenyata dia mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah.


Dalam diskusi akhir para peserta dan penyelenggara, sejarawan Universitas Indonesia, Dra Tri Wahyuningsih MSi dan dosen Universitas Islam Neger (UIN) , Ibnu Qoyim  menegaskan sejarah selalu berulang. “Bukan  peristiwanya, tetapi polanya yang berulang,” tandasnya. Seperti perkembangan Kota Batavia, dahulunya didukung oleh kepentingan warga kota di sekitarnya seperti Mester Cornelis (Jatinegara) dan Tanah Abang.  Ternyata ini berulang. Setelah menjadi Jakarta perkembangannya tak lepas dari daerah penyangga yang lebih luas sehingga terbentuk kawasan Jabodetabek. Yaitu Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.


Dra Triana Wulandari, Kasubdit Verifikasi dan Permuseuman Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya Kemendikbud RI menjelaskan,  kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran sejarah dan budaya warga Jakarta dan sekitarnya. “Terbukti dari peserta sebanyak ini yang sudah pernah menjelajahi Kota Toea Jakarta baru 10 persen. Makanya kami  membantu memfasilitasi,” ujarnya. Menurut Triana, tahun ini  Kemendikbud RI  juga memberikan fasilitas untuk penjelajahan sejarah dan budaya  kota Padang, Yogyakarta dan Solo.  Tahun 2014 pihaknya memfasilitasi penulisan  sejarah dan budaya di 5 wilayah, yaitu Makassar, Ternate, Yogyakarta, Ambon dan Pontianak.


Kartum Setiawan mengatakan, wilayah Kota Toea Jakarta luasnya 846 hektar. Bila dicermati banyak hal yang dapat dipetik dari kawasan ini terutama keindahan bangunan bersejarah yang memerlukan perhatian semua pihak agar tetap menjadi lingkungan terpelihara, bersih, tertib dan aman.
Rizko Ramadhan seorang peserta dari SMK Fajar, Depok mengatakan ia terkesan dengan jelajah kota tua tersebut. “Yang paling berkesan bagi saya Toko Merah di Kalibaru Barat” katanya. Dia sempat masuk dan terdapat informasi mengenai kegiatan dalam bangunan abad ke-18 itu di masa silam.



Lain lagi dengan Muhammad Nurazami, mahasiswa semester 3 Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Ciputat. Ia justru terkesan dengan koleksi Museum Sejarah Jakarta. Dari sana ia tahu bahwa akar budaya dan etnis Betawi sebenarnya dari Kerajaan Sunda Tarumanagara abad ke -5 Masehi.****      .

Alumni SMPN 1 Singosari Reuni di TMII

Cipayung ,  Pos Kota
Sebanyak 70 orang alumni SMP Negeri Singosari, Malang  menyelenggarakan reuni Bogor dan  Jakarta  pada 2-3 November 2013. Tema reuni tersebut “Menyambung Tali Silaturahmi yang Sudah 39  Tahun Tidak Ketemu”.




Ketua panitia di Jakarta Bambang Sumali, bersama Sujarwo dan Hendaryanto menjemput rombongan peserta dari Malang di Stasiun Pasar Senen pada hari Sabtu (2/11). “Kami sengaja naik KA Ekonomi  AC  Matarmaja ini dengan maksud agar tak ada kesenjangan di antara peserta,” ujar Ketua Panitia Malang , Tunggul Ansori. 

Peserta dari Tuban, Didik Wahyudi juga bergabung ke Malang untuk sampai ke Jakarta. Setelah berkangen-kangenan sejenak, rombongan segera diangkut dengan bus ke Cisarua, Bogor dan disambut Widodo seorang alumni yang sukses di kota ini. Mereka membuat acara dan menginap di situ. Guru Olahraga dan Ilmu Ukur SMPN 1 Singosari tahun 70-an, Pak Kusnoudin (72)  beserta isterinya juga ikut menghidupkan reuni tersebut.  Peserta wanita seperti Lis Herdiana, Yanti Budi dan Sri Mulyo Utami terlihat tak dapat menyembunyikan rasa bahagianya bertemu teman lama di acara malam itu.


Baru esok harinya rombongan alumni SMP Negeri 1 Singosari tahun 1970-an turun gunung dan  mengadakan kegiatan di TMII Jakarta Timur sehari suntuk. Ada yang naik cable car,  monorail  atau Titian Samirono, dan banyak pula yang mencoba sepeda tandem keliling Taman Mini Indonesia Indah. Tentu saja sebagian mereka mengunjungi Anjungan Jawa Timur, Kalimantan Timur dan beberapa anjungan provinsi yang berdekatan. 

Dari TMII rombongan berbelanja ke Tanah Abang, selanjutnya menginap di kampus STIP Marunda. Baru esok harinya Senin (4/11) rombongan  berfoto ria di Monas dan solat di Masjid Istiqlal, dua monumen yang dibangun hampir bersamaan dalam menegakkan national and character building yang dikampanyekan Bung Karno proklamator kita.

Reuni berakhir di Stasiun Senen sambil melepas rombongan ke Malang dengan KA Matarmaja dengan ucapan selamat jalan oleh Bambang Sumali .”Jangan lupa di lain waktu kita akan ketemu. Salam Satu Jiwa,” ujar Bambang yang menjabat Purek II STIP Marunda. ***