Pengantar:
Setiap tiba
bulan Ramadhan, tentu mengingatkan kita pada Ramadhan sebelumnya. Apalagi bila
menjalani ibadah puasanya di luar negeri yang penduduknya mayoritas non muslim, pasti sangat berbeda dari
biasanya. Bahkan banyak kesulitan dan kenangan yang tak mudah dilupakan. Untuk
mengorek pengalaman menarik itu,
H Suprihardjo selaku staf
redaksi Buletin Ramadhan Masjid
Darul Arqam pada medio Juni 2011 M/ bulan Rajab 1432 H
melakukan wawancara dengan beberapa orang yang
pernah mengalaminya. Hasil wawancaranya kami sajikan dalam sebuah tulisan
berikut ini, semoga dapat dipetik hikmahnya.
Norwegia dengan ibukotanya Oslo,
merupakan satu negara di jazirah Skandinavia,
Eropa Utara yang memiliki ciri
alam yang sangat spesifik, yaitu bergunung gunung salju dan garis pantainya
berliku liku serta teksturnya terjal yang disebut fjord (baca fyord). Posisi negeri ini membentang dari
selatan ke utara dari 55 derajat sampai 70 derajat garis Lintang Utara yang
berarti nyaris dekat dengan Kutub Utara.
Kota Oslo sendiri secara
geografis berada di koordinat sekitar 60 derajat Lintang Utara dan 11 derajat
Bujur Timur. Sebagai perbandingan kota Jakarta berada di koordinat sekitar 6
derajat Lintang Selatan dan 107 derajat Bujur Timur. Selain letaknya sangat
berjauhan, jelas iklimnya jauh berbeda dengan Jakarta. Begitu pula dengan
penduduknya yang sebagian besar non muslim. Meskipun begitu ternyata di sana
juga ada beberapa masjid. Sehingga untuk beribadah sehari-hari maupun untuk
beribadah puasa Ramadhan dan sholat terawih berjamaah tidak sesulit yang kita
bayangkan. Tentu saja banyak hal yang tetap menjadi masalah, meskipun akhirnya
dapat diatasi.
Pengalaman beribadah puasa
Ramadhan di negeri kutub utara ini diungkapkan Dra Kustiatun Widianingsing
M.Phil.SNE, dosen mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus di Universitas
Muhammadiyah Malang (UMM). Waktu itu dia mendapat beasiswa program S2 untuk Master of Phylosofi Special Need Education yaitu pendidikan untuk anak cacat.
“Kami semua guru-guru SLB (Sekolah Luar
Biasa) dari seluruh Indonesia berjumlah 14 orang mendapat beasiswa kuliah di
Oslo University tahun 1999. Selama dua tahun sampai tahun 2001 kami tinggal di
daerah Kringso beberapa kilometer dari kampus,” ujar Kustiatun Widianingsih yang
lebih akrab disapa dengan Bu Widia kepada buletin Masjid Darul Arqam di Jakarta,
Juni yang lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar