Berpuasa di Korea Selatan banyak godaan
Lain lagi dengan beribadah
puasa Ramadhan di Korea Selatan yang dialami Drs Tatang Suhenda, PNS Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta. Tatang baru saja pulang dari tugas
belajar di Negeri Ginseng akhir tahun 2010 yang lalu. Selama 6 bulan sejak Juni
2010 ia tinggal di Wegi Dong, suatu kawasan permukiman di kota Seoul. Program
belajar di negeri ginseng ini sangat padat. Pagi Tatang kuliah di Kyung Hee
University, sedang sore harinya ia belajar di National Theater of Korea.
“Saya tinggal bersama para mahasiswa
dari negara-negara lain yang seluruhnya berjumlah 14 orang. Dari jumlah itu
hanya 5 orang yang muslim,” tutur Tatang
di bulan Rajab 1432 Hijriah di kantornya. Kepada buletin Masjid Darul Arqam,
Tatang menuturkan lagi, lima orang itu yang Indonesia hanya dia sendiri,
sedangkan lainnya seorang dari Pakistan dan tiga orang dari Uzbekistan.
Ramadhan 1431 Hijriah yang lalu
bertepatan dengan bulan Agustus 2010, Korea sedang akhir musim panas. Berarti
peredaran matahari lebih lama di belahan bumi utara ini. Karena itu lama puasa
pun lebih panjang. Imsak pukul 03.12 dan 10 menit kemudian sudah masuk Subuh,
sehingga dimulailah menahan lapar dan dahaga serta hawa nafsu. Buka puasa saat
matahari terbenam yang baru terjadi pukul 19.30 waktu setempat.
“Lamanya berpuasa tiap hari tidak
menjadi masalah. Yang berat bagi saya adalah panas dan paha. Sebab banyak
mahasiswi dan wanita membiarkan pahanya terbuka
dengan bercelana hotpant
karena udaranya panas,” kata Tatang.
Tausiah, atau siraman rohani maupun
informasi imsakiyah selama bulan Ramadhan cukup memadai sebab mudah didapat dari
Ikatan Keluarga Muslim Indonesia (IKMI) di Korea yang membuka situs yang dapat
dikunjungi setiap saat di internet. Bila ingin sholat di masjid juga tidak
sulit. Sebab di Seoul juga ada masjid besar yang berkapasitas 1000 jemaah yang
letaknya di kawasan Itaewon.
“Itaewon ini kalau di Jakarta seperti
kawasan Jalan Jaksa,” kata Tatang. Jadi penuh dengan wisatawan mandiri dari
berbagai negara yang menginap cukup lama di tempat itu. Wilayahnya pun seperti
terbagi-bagi menurut komunitasnya. Sebelah barat yang ada masjidnya banyak
dihuni kaum muslimin dari berbagai negara. Sedangkan di wilayah utara kebanyakan
tempat bermukimnya kelompok bangsa asing yang non muslim, sementara sebelah
timur banyak dihuni warga asli Korea.
Setiap sholat Jumat jemaahnya cukup
banyak di masjid itu. Khotib masjid Itaewon membawakan khotbahnya dengan dua
bahasa yaitu bahasa Inggeris dan bahasa Korea.
Imam masjid ini seorang ulama
dari Pulau Moro, Philipina
Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar