Perokok semakin sulit
Meskipun mahasiswa Kyung Hee University
angkatan Tatang ini yang muslim ada 40 orang, tetapi waktu bulan Ramadhan yang
beribadah puasa hanya dua orang. “Yang berpuasa hanya saya dan seorang lagi
mahasiswa Sudan bernama Bakri. Yang lain mungkin Islam KTP,” keluh Tatang sambil
tersenyum. Sebulan dua kali kelompoknya menyelenggarakan piknik ke luar kota
Seoul, sekaligus praktik menyelenggarakan
pertunjukan seni budaya Korea. “Saya kebagian main perkusi tabuh.
Gendangnya orang Korea,” katanya.
Inilah yang memberatkan Tatang. Meskipun
bulan Ramadhan, tour pertunjukan ke luar kota tetap berjalan terus. Namun mau
membatalkan puasa juga sayang. “Jadi dalam perjalanan sering saya sengaja
tidur,” ungkapnya. Ini untuk menangkal godaan dosa mata yang sering terbentur
pada pemandangan paha wanita.
Kalau ingin sholat tarawih berjamaah,
harus ke Kedubes RI dengan naik bus terlebih dulu. Satu lagi kesulitan, pada
saat makan sahur harus dapat bangun sendiri. Sebab di asrama itu hanya dia
sendiri yang puasa. Dengan sendirinya tidak ada yang membangunkan sahur, kecuali
jam wecker yang sebelumnya harus disetel alarmnya terlebih dahulu.
Ada tambahan faktor kesulitan bagi Tatang
selaku “ahli hisap” ketika beribadah puasa Ramadhan di negeri ginseng ini. Waktu
berbuka puasa tidak begitu mendesak untuk merokok karena tertutup kegiatan yang
lain seperti sholat maghrib dan belajar. Tetapi usai makan sahur, terasa iseng
kalau tidak menyulut rokok mengasapi tenggorokannya. “Saya di asrama tinggal di
lantai 5. Setiap habis makan sahur kepingin merokok. Sementara smoking areanya berada di lantai dasar.
Padahal lift gerbang sudah ditutup penjaganya lewat jam 12 malam,” tutur Tatang.
Akhirnya ia melakukan pendekatan dengan berbaik-baik kepada sang penjaga malam
dengan menemani dan mengajaknya ngobrol. Akhirnya terbuka juga peluang Tatang
untuk melepas dahaga akan asap tembakau yang oleh banyak ulama difatwakan
sebagai makruh.
Dari pengalaman berpuasa Ramadhan dan
beribadah lainnya di negeri yang penduduknya mayoritas non muslim dan iklimnya
bukan tropis, memang banyak kendala. Tetapi tidak seperti yang kita bayangkan.
Banyak kemudahan yang diberikan oleh Allah SWT bila kita tetap konsisten atau
tumakninah menjalani kewajiban tersebut. Yang penting lagi, kata mereka yang
pernah mengalaminya ini, tetaplah konsisten menjalani ibadah, baik sholat lima
waktu maupun berpuasa Ramadhan. Juga dianjurkan agar tetap berbuat baik kepada
sesama, di manapun berada, terutama warga sesama muslim dan muslimah. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar