Jakarta,(Blogger)
Perkembangan Kota Tua Jakarta yang menggembirakan setelah selesai direvitalisasi tahun 2007, kini tampak mengkhawatirkan dengan adanya berbagai ekses. Antara lain penguasaan oleh pengendara sepeda motor terhadap trotoar di Jl Lada di sebelah timur Museum Sejarah Jakarta, sehingga membahayakan wisatawan yang berjalan di situ. Lampu hias di tempat itu juga banyak yang hilang tinggal kabel terbuka yang berbahaya bila hujan. Ini perlu perhatian tidak hanya pihaknya saja, melainkan semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah kota, pedagang dan pengunjung kota tua.
Kepala Unit Pengelola Kawasan (UPK) Kota Tua Drs Gatut Dwi Hastoro mengungkapkan itu Sabtu (23/11). Menurut Gatut, pihaknya sudah sering berkordinasi dengan pihak terkait dan memang sekarang sedang dilakukan pembenahan termasuk ratusan lampu hias di lantai plaza Taman Fatahillah. Namun untuk pengembangan Kota Tua Jakarta ke depan, pihaknya perlu belajar pada pihak lain yang berhasil. “Karena itu kami akan melakukan studi banding ke kota Malaka,” katanya. Direncanakan dia bersama 3 orang stafnya berangkat ke Malaka Senin (25/11) ini.
Kepala Seksi Pengembangan UPK Kota Tua, Norviadi menambahkan studi banding tersebut berlangsung 4 hari sampai 28 November 2013. Dipilihnya Malaka sebagai sasaran studi banding atau bench marking karena Kota Tua Malaka di Malaysia itu telah mendapat pengakuan World Heritage, UNESCO, badan dunia yang membidangi pendidikan dan kebudayaan. “Pengelolaan heritage Kota Tua Malaka diakui baik oleh Unesco,” ujar Norviadi arkeolog lulusan Udayana Bali tersebut.
Seorang arkeolog alumnus UGM Yogyakarta, dra Rucky Nellyta mengakui ia bersama keluarga sekitar Agustus yang lalu berlibur ke Malaka. “Memang bagus kota tuanya. Semua bangunan dicat merah dan bersih. Kontur tanahnya berbukit-bukit dan indah,” ujarnya. Namun bila dibanding dengan Kota Tua Jakarta yang mencapai 846 Ha, Malaka kalah luas. “Orang kami berjalan kaki keliling kota tua di sana tidak begitu capek,” ujarnya. Karena itu cocok sekali Kota Tua Malaka bila untuk tempat studi banding pengelolaan kota tua Jakarta. Rombongan turis bule dari Eropa kelihatannya juga merasa nyaman berada di kawasan wisata Malaka tersebut. Bahkan seorang anaknya yang masih usia SD bertanya pada orangtuanya "Kapan giliran kita ke Jakarta, Ma?," Dia sepertinya sudah mendapat informasi bahwa sejarah Malaka dan Jakarta di masa lalu ada kaitannya. (Pri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar