Kamis, 24 Oktober 2013

Berwisata ke Penataran Melihat Candi Terpancung

Jauh berjalan banyak yang dilihat. Perjalanan kita kali ini menuju Kabupaten Blitar untuk melihat tempat-tempat bersejarah dan panorama indah, baik di lereng dan kaki Gunung Kelud, aliran kali Brantas maupun pantai selatannya. Kota Blitar sendiri yang dikenal sebagai tempat peristirahatan terakhir presiden pertama RI , Ir.H. Soekarno banyak pula dikunjungi wisatawan dari berbagai penjuru tanah air bahkan mancanegara.

Namun kita tidak ke kotanya melainkan langsung ke wilayah kabupaten Blitar yang masih banyak peninggalan sejarah Kerajaan Daha, Singhasari maupun Majapahit. Peninggalan sejarah tersebut di antaranya Candi Sawentar di Kecamatan Kanigoro, Candi Plumbangan di Kecamatan Doko,Candi Simping di Sumberjati dan Candi Penataran di Kecamatan Nglegok, yang masih terawat dengan baik dan banyak dikunjungi wisatawan.

Ke candi yang disebutkan terakhir itulah kita berkunjung. Dari stasiun kereta api atau terminal bus Blitar kita naik mobil ke arah utara sejauh 15 km melalui komplek Makam Bung Karno. Sesampai di jalan mendaki setelah melewati kantor Kecamatan Nglegok ada pertigaan , kita belok kiri. Di hadapan kita ada gapura dan pos retribusi parkir Kawasan Wisata Penataran. Dari perparkiran jalan kaki melalui deretan pedagang cinderamata. Masuk halaman kompleks percandian kita harus turun dulu hanya beberapa langkah di parit kering kemudian naik lagi tangga untuk menapak ke halaman yang luasnya sekitar 1,3 hektar. Ini merupakan kompleks percandian terluas di Jawa Timur selain Trowulan, Mojokerto.

Terlihat hamparan sisa bangunan dari batu andesit dan sisa-sisa fondasi dari batu bata merah, diikuti beberapa bangunan candi, ada yang utuh, tanpa badan candi maupun tanpa bagian atasnya. Juga banyak berdiri arca-arca serta dinding batu berrelief berbentuk manusia, fauna dan flora. Kompleks bangunan Hindu ini ditemukan tahun 1815 oleh Letnan Gubernur Jenderal Sir Thomas Stamford Raffles yang mengarang buku “History of Java.” Padahal pertama kali dibangun oleh Raja Srengga dari Kediri tahun 1194 M dan dilanjutkan penerusnya sampai zaman Majapahit.

Yang langsung menarik perhatian adalah Candi Brawijaya karena sering kita lihat replikanya di mana-mana. Juga sosoknya telah dijadikan symbol Kodam VIII Brawijaya dengan bintang lima di atas gambar candi tersebut. Namun nama sebenarnya bangunan itu adalah “Candi Angka Tahun” karena di pintunya yang menghadap ke barat laut terdapat angka tahun 1291 Saka (1369 Masehi). Juga disebut Candi Ganesha karena dalam bilik candi tersebut terdapat arca Ganesha.
Di belakangnya terdapat candi terpancung tanpa mahkota setinggi 4,7 meter yang disebut Candi Naga karena ada relief besar sepasang naga melilit badan candi tersebut. Kata Bondan Siswanto petugas Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur di obyek wisata itu, dalam Candi Naga dahulunya disimpan peralatan upacara keagamaan yang dianggap suci. “Dahulu ada atapnya tetapi bukan dari batu,” ujarnya. Mungkin dari konstruksi kayu dan ijuk atau daun enau. Kompleks candi Penataran dahulunya bernama candi Palah yang mulai dibangun sejak zaman Kediri, sampai zaman kerajaan Singhasari namun baru selesai setelah zaman Majapahit. Oleh Raja Jayanegara dari Majapahit yang memerintah tahun 1309-1328 M, candi tersebut dikukuhkan sebagai Candi Negara.
Di belakang candi terpancung ini berdiri candi induk yang tinggal palataran cawannya saja setinggi 7 meter dan sedikit elevasi lantai yang berundak-undak. Pengunjung dapat naik ke pelataran dan cawan candi yang dindingnya diukir relief yang menggambarkan cerita Ramayana dengan diselingi relief medallion bergambar berbagai binatang dari burung, buaya, landak, sapi, kancil, sampai kuda.
Di sebelah utara bangunan induk ini terdapat batu batu berukir bekas reruntuhan candi induk tersebut yang direkonstruksi. Namun menurut Bondan, masih dalam susunan percobaan sehingga belum dapat diangkat ke tempat semula. Di sebelah tenggara candi induk terdapat kolam dengan dinding berangka tahun 1337 Saka (1429 Masehi) terdapat relief cerita kura-kura sombong yang ditolong burung bangau, namun akhirnya kura kura tersebut menemui ajal karena kesombongannya. Sayangnya banyak pengunjung yang terlewat mengamati bekas kolam tersebut. Warga Lodaya, Kabupaten Blitar H Suryadi mengaku sudah ke Penataran dua kali tetapi terlewati pula memperhatikan kolam dengan relief yang bercerita masalah budi pekerti itu.
Untuk keperluan pengunjung solat dan ke toilet disediakan fasilitasnya di sebelah utara bangunan induk dengan air yang sejuk . Maklum ketinggian desa Penataran di lereng Gunung Kelud ini sekitar 450 m di atas permukaan air laut dengan kehijauan pohon pohon di sekelilingnya.

Pengunjung candi Penataran selama tahun 2013 rata-rata mencapai 17.300 orang tiap bulan, termasuk wisatawan mancanegara 240 orang tiap bulan . “Bulan Juni sampai Agustus biasanya banyak wisatawan mancanegara yang datang,” kata Bondan. Agustus yang lalu pengunjungnya mencapai 17.500 orang lebih termasuk 420 orang wisman. Tak jauh dari candi induk terdapat tempat cetak foto dari HP maupun memory card kamera digital. Tentu saja fasilitas ini memudahkan pengunjung membuat kenang-kenangan foto berharga saat itu juga. ***

Foto foto :
Candi Brawijaya.

Candi terpancung dililit naga.

Anak kecil tampak mengagumi candi.

Relief cerita Ramayana dengan pertempuran pasukan kera melawan tentara raksasa Alengka.

Candi Penataran dengan ratusan pengunjung.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar