Jakarta, Berita Super
Sebanyak 150 buah wayang kulit koleksi Museum Wayang Jakarta yang sudah mulai berjamur sejak pekan lalu telah diserahkan ke Balai Konservasi (Balkon) Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI di Jakarta Barat untuk perawatan.
Kepala Seksi Edukasi dan Promosi Balai Konservasi, Verony Sembiring mengatakan hal itu Jumat (18/7) sambil menambahkan, kini benda cagar budaya tersebut sedang dikerjakan penangananan di Laboratorium Balai Konservasi. Diperkirakan seluruh proses konservasi karya seni yang diakui sebagai warisan dunia oleh UNESCO tahun 2003 itu akan memakan waktu sekitar sebulan lebih.
Lebih sebulan yang lalu Balai Konservasi telah mengerjakan perawatan dan pengawetan gamelan Sunda juga milik Museum Wayang. Kata Verony Sembiring, ada 39 item alat musik tradisional itu dirawat di Balai Konservasi selama sebulan. Sekarang sudah selesai dan diserahkan kepada pemiliknya setelah menjadi baru kembali. Seperti gong, kenong, saron dan lain lain sudah kembali mengkilat.
Ketika dimintakan konfirmasi, Kepala Seksi Koleksi dan Pemeliharaan Museum Wayang, Sumardi Dalang mengakui 150 wayang kulit koleksinya telah diserahkan ke Balai Konservasi untuk difumigasi . "Wayang kulit itu gaya Surakarta dari pengadaan tahun 1978," katanya. Sementara gamelan yang sudah selesai dikonservasi di Balkon itu adalah gamelan Sunda dari Bandung, pengadaan tahun 1975.
Mengenai konservasi material logam, Cahyani selaku pejabat pelaksana teknis kegiatan dan Sukardi selaku konservator menjelaskan, untuk gamelan seperti gong, kenong dll itu terlebih dulu dibersihkan permukaannya karena sudah mengandung tarnish , yaitu semacam kotoran yang memproses karat. Setelah dibersihkan dan dipoles kemudian dilapis dengan protectif coating agar awet mengkilat. Menurut Sukardi wayangnya kini sedang diidentifikasi kerusakannya satu per satu. Bila ada yang lepas tali pengikatnya diganti baru dan segera difumigasi.
Pengetahuan konservasi semacam itu sudah beberapa kali disosialisasikan bahkan ditularkan kepada masyarakat oleh Balai Konservasi sejak tahun 2004 khususnya kepada para pelajar, mahasiswa dan para petugas museum dan galeri. Bentuknya workshop antara lain konservasi logam, kertas , kayu dan material lainnya. Dra Enny Prihantini selaku PLT Kepala Balai Konservasi mengakui antusiasme masyakat cukup tinggi. Diharapkan program Konservasi Masuk Sekolah dari Balai Konservasi dapat dilaksanakan tahun ini setelah Lebaran.
Menurut Enny yang sarjana kimia dari ITB itu, Balai Konservasi yang didirikan tahun 1999 dengan nama Laboratorium KOnservasi itu tadinya berkantor di Museum Tekstil, Jl KS Tubun, Jakarta Barat. Setelah menjadi Balai Konservasi tahun 2003, pada tahun 2006 pindah kantor ke Kota Tua sampai sekarang.
Pada 2003 Balai Konservasi mendapat kepercayaan merawat bendera pusaka Sang Saka Merah Putih yang pernah dikibarkan pertama kali pada proklamasi kemerdekaan RI di Pegangsaan Timur 56 Jakarta, 17 Agustus 1945. Namun konservasi yang dilakukan tidak dib alai, melainkan di Istana Presiden tempat bendera pusaka itu disimpan. Pada tahun 2008 telah mengkonservasi lukisan cat minyak karya pelukis S.Sudjoyono berukuran 3 x 10 meter yang menggambarkan serangan tentara Sultan Agung dari Mataram ke Batavia yang dikuasai Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen tahun 1628. Lukisan buatan tahu 1974 itu kini terpajang di Museum Sejarah Jakarta dan menjadi salah satu koleksi unggulan museum tersebut di samping Pedang Eksekusi, Mimbar Masjid Kota, dan meriam Si Jagur yang sudah berumur ratusan tahun. (pri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar