Rabu, 11 Desember 2013

Disparbud DKI Tampilkan Wayang Wong Betawi - Rahwana dan Rama Berbalas Pantun

Jakarta, Bloger
Sebanyak 700 orang siswa SMA dan SMK bersama gurunya dari 20 sekolah di Jabodetabek diundang menonton Wayang Wong Betawi di Teater Besar Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Rabu (11/12) siang. Cerita yang dipentaskan Rama Tambak dari epos Ramayana. Berbagai komentar para siswa muncul usai pergelaran yang intinya menyuarakan, itu pertunjukan langka tetapi mengasyikkan dan keren. Namun suara kritis juga banyak terdengar.

“Musiknya vatiatif. Bagaimana membuatnya kompak?,” tanya Arif dari SMK 57 Jakarta jurusan karawitan. Putri dan Dony dari SMK Sejahtera Bekasi hanya berkomentar asyik dan keren. Siswa SMK Paramita I Jakarta Timur, Engelin dan Dewa Gede mengakui wayang wong Betawi baru kali ini menontonnya, cukup komunikatif dan tidak jadul. “Tapi candaannya tadi agak vulgar,” ujar Engelin. Nadia dari SMAN 54 juga merasa nyaman dengan Wayang Wong Betawi. Tetapi menurut dia yang mengaku dari Solo masih terasa tradisional Jawanya. “Kurang Betawi,” celetuknya.
Abdul Rachem , Kepala Bidang Pengkajian dan Pengembangan Disparbud DKI menjelaskan ia memimpin produksi Ramayana Betawi ini karena permintaan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Itu terjadi setelah Wayang Wong DKI keluar sebagai penampil terbaik di Festival se ASEAN di Yogyakarta 2012 yang lalu.

Pengamat Budaya Betawi Drs H Rachmat Ruchiyat dan koreografer /dosen tari Yuliati Parani menandaskan wayang wong Betawi dengan cerita Ramayana ini bukan mengada-ada. Karena Arsip Nasional terekam tahun 1974 ada pergelaran Wayang Wong Betawi di Pasar Rebo, Jaktim. Penulis Betawi bernama Bakri dari Pecenongan juga pernah menulis cerita Ramayana. “Di abad 19 dan awal abad 20 , wayang wong Betawi sudah ada yang dipentaskan di kalangan petani di Susukan , Kampung Rambutan. Tentu kostumnya sederhana dan wayangnya memakai topeng,” ujar. Namun tidak pernah digelar di Gedung Kesenian Pasar Baru , tak seperti wayang wong (orang) dari Cirebon dan Jawa Tengah/Yogyakarta. Karena itu Yuliati Parani dan Rachmat Ruchiyat mengapresiasi wayang wong Betawi ini agar digalakkan kembali.


Dalam penampilannya, ketika berhadapan dengan Sri Rama, tokoh raja Alengka, Rahwana berpantun: Sudah Raskin masih Terigu. Sudah miskin masih berlagu. Yang dijawab dengan pantun pula oleh Rama. Perang tanding satu lawan satu pun terjadilah antara kedua tokoh tersebut. Gerakannya jelas, itu jurus-jurus silat. (Pri) ****  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar