Jakarta, Bloger
Sebanyak 700 orang siswa SMA dan SMK
bersama gurunya dari 20 sekolah di Jabodetabek diundang menonton
Wayang Wong Betawi di Teater Besar Taman Ismail Marzuki, Jakarta
Pusat, Rabu (11/12) siang. Cerita yang dipentaskan Rama Tambak dari
epos Ramayana. Berbagai komentar para siswa muncul usai pergelaran
yang intinya menyuarakan, itu pertunjukan langka tetapi mengasyikkan
dan keren. Namun suara kritis juga banyak terdengar.
“Musiknya vatiatif. Bagaimana
membuatnya kompak?,” tanya Arif dari SMK 57 Jakarta jurusan
karawitan. Putri dan Dony dari SMK Sejahtera Bekasi hanya berkomentar
asyik dan keren. Siswa SMK Paramita I Jakarta Timur, Engelin dan Dewa
Gede mengakui wayang wong Betawi baru kali ini menontonnya, cukup
komunikatif dan tidak jadul. “Tapi candaannya tadi agak vulgar,”
ujar Engelin. Nadia dari SMAN 54 juga merasa nyaman dengan Wayang
Wong Betawi. Tetapi menurut dia yang mengaku dari Solo masih terasa
tradisional Jawanya. “Kurang Betawi,” celetuknya.
Abdul Rachem , Kepala Bidang Pengkajian
dan Pengembangan Disparbud DKI menjelaskan ia memimpin produksi
Ramayana Betawi ini karena permintaan Kementrian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif. Itu terjadi setelah Wayang Wong DKI keluar sebagai
penampil terbaik di Festival se ASEAN di Yogyakarta 2012 yang lalu.
Pengamat Budaya Betawi Drs H Rachmat
Ruchiyat dan koreografer /dosen tari Yuliati Parani menandaskan
wayang wong Betawi dengan cerita Ramayana ini bukan mengada-ada.
Karena Arsip Nasional terekam tahun 1974 ada pergelaran Wayang Wong
Betawi di Pasar Rebo, Jaktim. Penulis Betawi bernama Bakri dari
Pecenongan juga pernah menulis cerita Ramayana. “Di abad 19 dan
awal abad 20 , wayang wong Betawi sudah ada yang dipentaskan di
kalangan petani di Susukan , Kampung Rambutan. Tentu kostumnya
sederhana dan wayangnya memakai topeng,” ujar. Namun tidak pernah
digelar di Gedung Kesenian Pasar Baru , tak seperti wayang wong
(orang) dari Cirebon dan Jawa Tengah/Yogyakarta. Karena itu Yuliati
Parani dan Rachmat Ruchiyat mengapresiasi wayang wong Betawi ini agar
digalakkan kembali.
Dalam penampilannya, ketika berhadapan
dengan Sri Rama, tokoh raja Alengka, Rahwana berpantun: Sudah Raskin
masih Terigu. Sudah miskin masih berlagu. Yang dijawab dengan pantun
pula oleh Rama. Perang tanding satu lawan satu pun terjadilah antara
kedua tokoh tersebut. Gerakannya jelas, itu jurus-jurus silat. (Pri)
****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar