Jumat, 14 Agustus 2015

pemeliharaan jenazah dan foto

Puluhan Siswi  SMP Berlatih Mandikan Jenazah. Tadinya Takut , Tapi Harus Bisa  
Jakarta,  Berita Super
Sebanyak 80 orang terdiri dari 36 siswa dan 44 guru serta karyawan SMP Negeri 51, Pondok Bambu, Jakarta Timur bersama-sama satu kelas mengikuti Pelatihan Mengurus Jenazah di Ruang Media sekolah tersebut, Kamis (13/8). Materi teori segi syariah dan medis diberikan oleh KH Misbahul Munir  dan dr Atiatul Huda, dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Indonesia (STAIINDO). Sedang latihan  praktik memandikan, mengkafani sampai menguburkan jenazah  dibimbing  para alumni  Remaja Masjid Al Ikhlas Daarul Mukhlisin (RDM) dipimpin seniornya Ir Yanuar Liestyo Nugroho  dengan biaya  BAZIS Jakarta Timur.
Dalam kesempatan itu Kepala BAZIS Jakarta Timur Drs Dwi Busara mengatakan, pelatihan ini dalam rangka memenuhi permintaan kepala sekolah dan para guru SMPN 51."Ternyata pesertanya guru dan para siswa. Mereka  cukup antusias," ujarnya.  Pelatihan ini investasi jangka panjang dan diharapkan dapat ditularkan ilmunya kepada para guru dan siswa lainnya. Kepala Seksi Pengumpulan Siti Lasmanah menambahkan masyarakat terutama guru dan siswa tak usah ragu membayar zakat , infaq dan sedekah, karena semua itu dikembalikan untuk kepentingan dan kebaikan masyarakat banyak utamanya bidang pendidikan.
Kepala Sekolah SMPN 51, Dra Kwatrin Askarini mengakui ia ingin memberikan kegiatan yang tidak itu-itu saja dalam pendidikan agama Islam. "Biar sekolah lain mengadakan gebyar gebyar dunia, tetapi kalau kita mati kan tidak dapat mandi sendiri," ujarnya. Awalnya Kepala Sekolah meminta guru agama H Nurjamil SAg untuk memprogramkan kegiatan pendidikan yang  distinktif. Tantangan itu disambut Nurjamil dengan latihan pemulasaran jenazah (janaiz). Giliran Nurjamil menantang Kepala Sekolah apakah sanggup mengadakan peralatannya. Yang dijawab siap. Untuk itu ia sejak April mempersiapkan dua set alat peraga, untuk para  siswa pagi dan siswa sore, yaitu SMP Terbuka. Jadilah pelatihan ini. "Ternyata banyak yang kita tak tahu jadi tahu." ujar Bu Kwatrin. Seperti memangku jenazah saat dimandikan, ternyata bila jenazah memiliki penyakit menular,  hal semacam itu tidak boleh dilakukan.
Para siswi  Nissa dan Dhana kelas  IX. 3, mengakui tidak takut mengikuti pelatihan memandikan jenazah karena sudah pernah ikut menyiram waktu neneknya wafat  beberapa waktu lalu. "Saya juga pernah melihat orang memandikan jenazah kakek saya waktu masih SD," tutur Yorki (15)  seorang siswa laki-laki dari kelas IX.5, . Demikian pula dengan Dhia Ulhaq, kelas IX 4, walaupun belum pernah ikut mamandikan tetapi pernah melihat orang memandikan jenazah saudaranya. Makanya ia ikut pelatihan ini agar tahu caranya.
Lain lagi dengan  Vina Setiarini Sekretaris OSIS SMPN 51, semula  ia   mengaku takut untuk mengurusi  jenazah, apalagi harus memandikannya. Namun dia harus memberi contoh siswa yang lain,  akhirnya ikut pelatihan tersebut. "Nanti kalau sudah bisa harus menularkannya ke teman-teman yang lain," ujarnya.
Menurut para pelatihnya , mereka yang selelsai mengikuti pelatihan ini mendapatkan sertifikat untuk bekal bila mereka ingin menularkan kepada teman-teman yang lainnya.  (PRI)   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar