Kamis, 22 Agustus 2013

Balai konservasi perbaiki 250 wayang kulit


Jakarta, 21 Agustus 2012 

Balai Konservasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta sekarang sedang memperbaiki dan mengkonservasi 250 lembar wayang kulit koleksi Museum Wayang Jakarta. Dari jumlah itu sekitar30 wayang di antaranya tangannya patah-patah sehingga harus diganti atau disambung.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Balai Konservasi, Drs H Candrian Attahiyat mengakui pekerjaan ini sudah dilakukan stafnya sejak bulan Juli yang lalu. "Diharapkan dalam bulan September pekerjaan itu selesai. Tetapi untuk wayang yang patah patah tangannya harus diganti. Ini harus dikerjakan ahlinya yang akan kami panggil. Mungkin kalau bisa dari Jakarta ya cukup itu saja, terutama komunitas pecinta wayang kulit misalnya yang ada di Taman Mini Indonesia Indah," ujar Candrian Selasa (21/8). Kalau tidak ada ya terpaksa memanggil ahli dari Surakarta atau Yogyakarta melihat gaya wayang kulit itu sendiri.
Sementara konservator Ninik Tripraptiani Maruto dan Sutita ketika ditemui di laboratorium Balai Konservasi pekan lalu  menjelaskan semua wayang dari kulit itu sedang difumigasi dengan cairan kimia untuk menghilangkan jamur dan mikroorganismenya. Setelah itu satu per satu ditusir sesuai tempat yang rusak.
Sedangkan yang patah patah tangannya harus diganti. Karena itu kedua konservator tersebut juga menyiapkan pegangan tangan wayang dari bambu.
Kepala Seksi Koleksi Museum Wayang, Sumardi Dalang mengakui wayang koleksinya sedang dikonservasi. "Itu wayang kulit campuran dari berbagai zaman. Yang paling tua buatan tahun 1926," ujarnya ketika dihubungi Selasa (21/8).
Untuk pengabdian masyarakat Balai Konservasi Disparbud bulan Juli yang lalu telah menyelenggarakan gerakan membersihkan corat coret gedung bangunan cagar budaya di  Kota Tua yang diikuti 485 orang dari berbagai komunitas. Mereka terdiri dari anak anak SLTA, satpam/ security Kota Tua dan museum, pramuka dll. Menurut Candrian , sebelumnya mereka diberikan teori dan praktek membersihkan corat coret dari berbagai bahan dan media. Gerakan selama seminggu itu cukup memberikan hasil Kota Tua menjadi bersih. "Tapi akhirnya juga tergantung masyarakat pengunjung, selanjutnya, " ujar Candrian.
Masih dalam rangka menyebarkan ilmu konservasi, bulan Oktober nanti direncanakan Balai Konservasi menyelenggarakan workshop konservasi bangunan cagar budaya yang terbatas diikuti kalangan arsitek dan arkeolog sekitar 30 orang. (Suprihardjo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar