Jakarta, Berita Super
RW 03 Kelurahan Malaka Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur memiliki sedikitnya 12 pasang anak maupun orang kembar. Di antaranya Fina dan Fani ( 1,5 tahun) putri Opang Wijaya, Nisrina dan Yasmina (3,5 tahun) putri Mohammad Ferry, Riko dan Riky (14,5), siswa Madrasah Tsyanawiyah Negeri 24, Pondok Kopi, kembar laki dan perempuan Rabiq dan Firli, (19) , Lina dan Leni (37), Pujo Wibowo dan Pujo Utomo (40), Ny Uung Suhainingsih dan Ny Aang Suhanah (63), serta Ny Pariyah dan Ny Pariyem (74).
Meskipun demikian di Kantor Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Sudin Dukcapil) Jakarta Timur tidak terdapat catatan khusus mengenai warga kembar tersebut. "Ya, memang ada saja yang melahirkan anak kembar dan mengurus akte kelahiran kemari. Ditulis pada aktenya anak kembar pertama, kedua atau keberapa. Ini untuk mengetahui urutan anak tersebut. Tetapi tidak ada catatan khusus sehingga dapat dikelompokkan datanya," ujar Haris di kantornya Jumat (5/9). Bila datanya ada dalam computer, Sudin Dukcapil Jaktim tak memiliki kata kunci untuk mengelompokkan data anak kembar.
Pernyataan tersebut menjawab keingintahuan seorang pengurus RW 03 Malaka Jaya yang mengamati betapa banyak warganya yang kembar. Kader Kesehatan RW 03 Malaka Jaya, Ny Siti Sutarmi menghitung lebih 12 pasang kembar di wilayahnya. "Paling banyak di RT 09. Satu keluarga saja ada tiga kali melahirkan kembar," katanya.
Abu Bakar, Camat Duren Sawit, ketika ditanya masalah kependudukan yang menyangkut orang kembar di wilayahnya juga mengaku belum mendapat informasi. Sementara dr Dina Wijayanti, kepala Puskesmas Kelurahan Malaka Jaya merasa senang dengan banyaknya anak kembar. Hanya dia mengingatkan bagi orang tua harus ekstra perhatian pada anak kembarnya. "Namun itu tidaklah sulit," sergahnya.
Andang Subaryono Ketua RW 03 Malaka Jaya, baru sadar banyak warga kembar. Ia berjanji akan mendatanya lebih cermat lagi. Tentu ini sangat diperlukan bagi mereka sendiri maupun wilayahnya.
Pengalaman unik
Banyak pengalaman unik dalam keluarga kembar. Ny Setiyoko waktu Riko dan Riky bayi sulit membedakan. Pernah yang satu malas menyusu dari botol, padahal seingatnya belum masuk minuman apa-apa. Setelah diteliti ternyata sudah beberapa kali ngedot botol. Untuk membedakan dua kembar identik ini akhirnya keduanya diberi gelang yang berlainan motifnya.
Riky sendiri pernah mengalami dimarahi guru dan ditegur teman Riko. Tetapi setelah dijelaskan dia bukan Riko akhirnya mereka sadar salah sasaran. Hal sebaliknya juga terjadi pada Riko. Padahal sejak di TK, SD Malaka 12 sampai sekolah menengah pertama (Madrasah Tsanawiyah ) Negeri 24 , Jaktim, keduanya tak pernah berpisah selalu satu kelas. "Mereka tak pede bila dipisah. Pernah sih yang satu dipindahkan ke lain kelas, hasilnya memang kurang bagus," ujar H Setiyoko maupun isterinya.
Begitu pula dengan Ny Uung Suhainingsih dan Aang Suhaenah. Pernah ketika Ny Aang Suhaenah pulang dari RS Persahabatan ketika menyeberang jalan tiba-tiba digandeng dengan ramah oleh seorang sebayanya. Dia tak habis pikir sampai dikatakan begitu dingin pada teman lama. Ketika Ny Aang menyebut namanya dan mengaku bila memiliki saudara kembar, barulah semua klir.
Lain lagi pengalaman tetangga si Nenek Kembar. Ketika banyak orang datang berhalal bihalal Lebaran yang baru lalu, dikiranya sudah selesai dengan Ny Pariyah . Ternyata putrinya berucap, "Tunggu sebentar, ibu sedang keluar." Lha , kalau begitu yang kita salami tadi siapa? Tak lama kemudian seorang lagi bak pinang dibelah dua , datang minta maaf kepada tamunya. Jadi yang di rumah tadi justru bukan sahibul bait alias yang empunya rumah melainkan kembarannya, Ny Pariyem yang juga bertamu. Jadilah semua tertawa geli.
Anak kembar maupun orang kembar memiliki permasalahan yang spesifik, baik dari diri mereka maupun bagi keluarga dan lingkungannya. Makanya memerlukan problem solving spesifik pula. Hanya saja diakui oleh masyarakat umum bahwa kehadiran si kembar terutama ketika masih kecil selalu mengundang perhatian orang banyak.
Wakil Ketua Yayasan Nakula Sadewa, ketika dikonfirmasi masalah data pasangan orang kembar se DKI menjawab datanya sudah hilang. "Datanya ada di computer. Namun sudah hilang ketika tanggul Situ Gintung jebol tahun 2009 yang lalu," ungkapnya. Itu terjadi karena kantor yayasan peduli anak kembar itu di dekat tanggul tersebut. Yang ia ingat pada tahun 1990-an yang dicatat yayasannya sudah mencapai 1.500 pasang anak atau orang kembar. Bagaimana perkembangannya, Anna tidak memiliki catatan.
Menurut pengurus Yayasan Nakula Sadewa, menjadi anggota yayasan kembar ini tidak sulit. Kirim surat saja minta didaftar dengan mencantumkan nama, alamat dan tanggal lahir ke alamat e-mail tersebut ini : ynakulasadewa@gmail.com. Di situ banyak informasi, pengalaman dan segala hal yang perlu diketahui dengan mudah oleh para kembar dengan komunitasnya…Sejarah anak kembar sama dengan sejarah keberadaan manusia, yaitu sejak Nabi Adam AS dengan beberapa kali Ibu Hawa melahirkan anak kembar dampit, laki-laki dan perempuan. (Suprihardjo).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar