Jakarta, Berita SP
Kesempatan tumbuh lebih berkembang lagi akan diberikan kepada para juara Festival Tari Betawi se Jakarta Timur 2014. Bentuknya antara lain diajak pentas pada event-event penting baik di tingkat kota Jakarta Timur, tingkat provinsi DKI ataupun kesempatan tampil di luar daerah.
Kepala Sudin Kebudayaan Jakarta Timur, Drs Husnison Nizar mengungkapkan itu sehubungan diumumkannya para pemenang Festival Tari Betawi Antar-Sanggar se Jakarta Timur 2014 yang berlangsung di Gedung BKOW, Jakarta Timur, Jumat (15/8). "Itu telah kami lakukan tahun lalu kepada sanggar Luvita," tambah Husnison.
Festival tari antarsanggar kali ini 29 sanggar kelompok remaja dan 26 sanggar kelompok anak-anak sebagai peserta , yang dibuka Wali Kota Jakarta Timur HR Krisdianto. Pada kesempatan itu Wali Kota mengharapkan festival ini dapat mengembangkan seni budaya yang ada di Jakarta khususnya seni budaya Betawi. "Nanti jangan hanya kesenian Betawi, tapi bisa kesenian Minang, Sunda ataupun Jawa," kata Krisdianto. Sebab kegiatan seperti ini akan berdampak pada pengembangan ekonomi kreatif yang dapat meningkatkan kehidupan masyarakat khususnya para pelaku seni. Krisdianto juga bangga karena selama ini baru Jakarta Timur yang menyelenggarakan festival tari Betawi secara rutin tiap tahun.
Sementara Ketua Panitia Ny Euis Raolina melaporkan, berdasarkan penilaian dewan juri yang diketuai koreografer Wiwiek Widyastuti, untuk kelompok dewasa Juara I diraih sanggar Aria Binangkit dan Juara II sanggar Luvita , keduanya dari Kecamatan Duren Sawit. Juara III sanggar Ma' Manih Pasar Rebo, Harapan I sanggar Cipta Budaya Cipayung dan Harapan II sanggar Margasari Kramatjati. Sedangkan Komposisi Terbaik diraih sanggar Ekayana Pulogadung dan Penari Terbaik sanggar Bestha Eht , Makasar.
Untuk kelompok anak-anak Juara I diraih Sanggar Ma'Manih Pasar Rebo, Juara II Aria Binangkit Duren Sawit, Juara III dan Harapan I diraih Ratna Sari Ciracas, Harapan II Aria Binangkit Duren Sawit. Sementara komposisi terbaik diraih Sangar Cipta Budaya Cipayung, Penari Terbaik dari Padepokan BA 04 Cipayung.
Pengamat seni budaya dan pariwisata Abu Galih yang menyaksikan jalanya festival mengakui banyak jenis tari yang ditampilkan. Di antaranya tari wisuda. Para penari mengenakan kostum toga seperti sarjana yang diwusuda. Gadis-gadis menjelang remaja itu masing-masing membawa buku tebal menari-nari dengan lincahnya. Terkadang diselingi gerakan sedang belajar , membaca buku sambil tiduran tertelungkup. Terkadang lagi meloncat dan mengangkat bukunya tinggi-tinggi seakan telah menguasai isinya. Pada pembukaan ditampilkan tari kedok atau tari topeng Sunda . Dua topeng yang berbeda dikenakan bergantian, pertama topeng berwarna putih dengan mimik bersahabat, dan berikutnya berwarna merah berkumis terlihat sangar. (pri).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar