Jakarta, BSP
Parade pentas seni pertunjukan pelajar akhirnya berakhir di Gelanggang Remaja Bulungan, Jakarta Selatan Senin (25/8) setelah diawali dari pentas di Gelanggang Remaja Jakarta Utara, 12 Agustus 2014. Lima belas sekolah dari SD, SMP sampai SMA tampil sudah. Dari 5 penampilan di 5 wilayah kota Jakarta itu yang paling lengkap dan heboh adalah penampilan pentas sekolah yang terakhir itulah, yaitu di Jakarta Selatan.
"Tiga sekolah di Jakarta Selatan tampil maksimal dan mengerahkan pemain pilihan. Bahkan ada yang menyertakan guru dan adik-adik kelasnya. Ada juga yang berkolaborasi dengan sekolah lain dalam mengoptimalkan aksi panggungnya," kata H Suprihardjo , pengamat seni budaya dan pariwisata Jakarta, Rabu (27/8).
Tampil semi kolosal, SDN Kebayoran Lama Utara 12 berhasil mengundang simpati dan rasa kagum penontonnya. Dua puluhan murid SD tersebut menyuguhkan berbagai kesenian tradisi Betawi komplit , dari tari, pantun, lagu sampai pencak silat yang dikemas dalam alur cerita Ngarak Penganten Sunat.
Diiringi lagu "Anak Betawi" , adegan pertama melukiskan arak-arakan anak-anak yang mengantar Si Ipin, anak yang akan disunat untuk berendam air di sungai. Meskipun tanpa bunyi petasan sebagai ciri tradisi hajatan Betawi, nuansanya sudah cukup mewakilli . Pantun petatah petitih cukup menghibur sebagai sastra tutur yang hampir punah. Yang dicasting menjadi Ipin berumur 8 tahunan begitu berhasil memerankan tokoh penganten sunat. Mimiknya menggambarkan rasa kedinginan berendam dalam air menjelang disunat.
Usai berendam, Ipin dan enyak babenya diarak anak-anak sebayanya laki –perempuan sambil bersorak memberi semangat. "Ipin mau sunat…Ipin pemberani. Ipin mau sunat, Ipin pemberani. . . . Horeee,'' riuh sekali..
Menunggu kedatangan bengkong alias dukun sunat, Si Ipin duduk di bangku diapit enyak dan babenya. Disuguhkanlah pencak silat Beksi yang khas Betawi oleh sepupu Ipin. Tiba –tiba datang Sang Bengkong pura-pura mengambil gergaji membuat Ipin ketakutan. Sesaat dirayu kemudian dieksekusi, putus sudah ujung ceritanya. Terdengar lagu 'Ondel-ondel" kembalik mengiringi hajat tersebut.
Satu hal agak janggal menurut pengamat Suprihardjo, ketika sang penganten yang baru disunat ikut menari sambil naik kuda lumping. Namun secara keseluruhan penampilan murid-murid SD ini cukup lengkap dan smart. "Betul, saya rasa murid-murid SD ini yang terbaik," tegas Ichsan, warga Cakung Barat yang mengikuti jalannya pertunjukan di lima wilayah kota Jakarta.
SMPN 267 Pesanggrahan mengangkat cerita Topeng Blantek yang juga tampil total dari segi pemain. Terlihat guru dan anak-anak usia SD maupun TK ikut main. Di awal penampilan diperdengarkan lagu "Jali-jali," sayang suaranya fals. Tapi dari segi pertunjukan tradisi, ide dasar dan penerapannya boleh juga. Simbol-simbol panjak seperti obor atau colen ditonjolkan walaupun tak dinyalakan. Alur ceritanya jelas dari setiap ploting. Namun menurut pengamat Yahya Andi Saputra dari LKB , terlalu banyak tarian yang kurang penting dan terlalu panjang . Walaupun begitu tari Topeng Blanteknya dilakukan dengan gerakan cukup bagus.
SMAN 74 Jakarta Selatan yang menampilkan lenong preman mengangkat cerita Madu dan Racun didukung tim SMAN 46 Kebayoran Baru sebagai musik pengiring. Menurut Yahya ide ceritanya bagus yang mengandung pesan anti narkoba. "Ini actual dan cocok" katanya. Dalam satu adegan diplot beberapa remaja sedang "teller" mengkonsumsi narkoba secara ganda. Rupanya seorang anggota baru sedang dibaiat. "Adegan seperti ini perlu observasi tersendiri," tutur Suprihardjo selaku pengamat.
Tampak menonton pejabat dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI, masing-masing Rus Suharto , Kepala Seksi Komunitas Pemberdayaan Masyarakat dan Endrati Fariani, Kepala Seksi Produksi Pengkajian dan Pengembangan Disparbud DKI. Para pakar seni teater dan kebudayaan seperti H Racmat Ruchiat, Madin dan Budi Sobar juga mengamati dan memberikan komentarnya, terutama soal teater tradisi Betawi termasuk Wayang Senggol. (Abu Galih).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar